JAKARTA (BeritaHUKUM.com) – Popularitas Partai Demokrat dalam rentang waktu yang begitu singkat, dapat anjlok sangat drastis. Hal terlihat dari empat kali survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Dan, kini popularitas Partai Demokrat sungguh sangat memprihatinkan, karena hanya tinggal 13,7 persen.
Turunnya popularitas Partai Demokrat ini, akibat pemberitaan miring terhadap lima orang elitenya, mereka adalah Muhammad Nazaruddin, Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh, Andi Malarangeng, dan Mirwan Amir. Mereka pun diistilahkan sebagai ‘Pandawa Lima’ yang dianggap sangat berperan menurunkan popularitas Demokrat, karena Publik beranggapan negatif.
“Hasil jajak pendapat ini sangat mengkhawatirkan bagi Partai Demokrat. Tentu bukan tidak mungkin pada pemilu mendatang, Demokrat akan kembali menjadi partai tengah, seperti pada Pemilu 2004 lalu. Melorotnya popularitas Demokrat akibat persepsi publik terhadap elite partai itu diduga terlibat kasus dugaan korupsi," kata peneliti senior LSI Barkah Patimahu dalam jumpa pers mengenai hasil temuan dan analisis survei nasional di Jakarta, Minggu (5/2).
Survei ini berlangsung 21 Januari hingga 2 Februari 2012 lalu. Dalam jajak pendapat ini, LSI menggunakan metode multistage random sampling. Wawancara dilakukan dengan tatap muka responden secara langsung. Jumlah responden sebanyak 1.200 orang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia atau 33 provinsi.
Dijelaskan, sebanyak 52,1 persen responden, meyakini Nazaruddin menerima uang dalam kasus skandal wisma atlet. Demikian pula Anas Urbaningrum (39,4 persen), Andi Malarangeng (31,9 persen), Angelina Sondakh (37,2 persen), dan Mirwan Amir (28,3 persen). Keyakinan ini semakin diperkuat dari fakta bahwa dua dari Pandawa Lima, yakni Nazaruddin dan Angelina telah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
Beberapa poin yang menjadi perhatian publik, katanya, tergambar dari ketidakpuasan publik dengan cara Demokrat dalam merespon kasus wisma atlet. Demokrat terlihat tidak serius memberantas korupsi. "Ini warning kedua LSI kepada Demokrat. Jika pimpinan Demokrat masih saja melakukan respon too little and too late, Demokrat akan kembali ke khittahnya menjadi partai papan tengah," imbuhnya.
Variabel kasus wisma atlet, ungkap barkah, bukanlah satu-satunya yang menyebabkan citra Demokrat terus merosot. Pasalnya, publik tetap melihat bahwa Demokrat masih lekat dengan citra Susilo Bambang Yudhoyono. Turun-naiknya pamor SBY mempengaruhi dukungan publik atas Demokrat.
Barkah juga mengatakan, Januari-Februari 2012 kepuasan publik atas kinerja SBY ada di lampu merah, yakni di bawah 50 persen. Kepuasan publik tercatat hanya 48,3 persen yang menganggap kinerja SBY selaku Presiden baik. Besaran prosentase tersebut merosot karena kepuasan publik sebelumnya kepada SBY (Januari 2011) mencapai angka 56,7 persen. "Merosotnya kinerja SBY di mata publik ikut menambah merosotnya Partai Demokrat," ujarnya.
Partai Teratas
Barkah mengungkapkan, hasil jajak pendapat ini sungguh berbeda, ketika survei pertama digelar pada Januari 2011 lalu. Demokrat masih menjadi partai teratas dengan 20 persen responden akan memilih partai politik tersebut, jika pemilu digelar hari itu juga. Namun, pada Juni 2011 dengan pertanyaan yang sama, suara responden bagi Demokrat anjlok menjadi 15 persen.
Tapi pada survei yang dilakukan pada Oktober 2011, popularitas Partai Demokrat sempat naik sendijit dan menjadi 16,5 persen. Sedangkan dari survei Januari 2012 yang baru dirilis ini, justru makin menurun drastis dan menjadi tinggal 13,7 persen saja.
Posisi Demokrat ini, lanjut dia, disalip Partai Golkar dengan popularitas tertinggi. Jika pada hari ini dilangsung Pemilu, dapat dipastikan Golkar pemenangnya dengan 18,9 persen. Sementara PDIP di posisi kedua dengan 14,2 persen. "Dibanding hasil Pemilu 2009, maka suara Partai Demokrat merosot jauh. PDIP suaranya stabil, tapi Golkar malah menanjak," ungkap Barkah.
Menurut dia, butuh perjuangan keras untuk kembali naik kelas. Menjadi partai papan tengah dalam Pemilu 2014 mendatang mungkin saja terjadi bila Partai Demokrat tak segera melakukan lompatan besar dalam merespons berbagai kasus yang muncul belakangan. Itu pula akan terjadi, bila kinerja Presiden SBY, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat tak kunjung membaik di mata publik.
Terkait kinerja Presiden SBY yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu, LSI menemukan, kinerja Presiden SBY juga jeblok di angka batas psikologis yakni 48,3 persen. "Kepuasan publik terhadap kinerja SBY memang sudah ada di 'lampu merah' yakni berada di bawah 50 persen. Tepatnya hanya 48,3 persen pemilih yang menganggap kinerja SBY selaku Presiden, baik," tambah Barkah.
Hasil jajak pendapat ini, sebelumnya juga menjadi amunisi oleh sebagian elit Partai Demokrat untuk dijadikan legitimasi pendongkelan Anas dari kursi Ketua Umum Partai Demokrat. Namun, hasil riset politik yang menempatkan Demokrat melorot tajam, mestinya menjadi catatan penting bagi partai itu untuk melakukan koreksi secara menyeluruh atas pengelolaan partai.(dbs/rob/spr)
|