JAKARTA, Berita HUKUM - Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengungkapkan kata-kata bijak saat ditanya wartawan tentang kemungkinan dirinya dilirik pemerintah menjadi seorang menteri di Kabinet Kerja.
"Jabatan itu penting tapi bukan segala-galanya," kata AHY usai menghadiri acara bersama sekitar 600 anak yatim piatu di Club House, Mahogany Residence, Harjamukti, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Sabtu (16/9) malam.
AHY mengatakan dirinya tetap ingin melakukan hal-hal yang berdampak positif bagi masyarakat meski dirinya tak menduduki jabatan apa pun di pemerintahan.
"Saya ingin terus berperan untuk masyarakat di mana pun saya berada. Saya punya keyakinan, tanpa jabatan formal, kita semua termasuk saya, bisa terus melakukan perbuatan baik, yang produktif, yang konstruktif untuk masyarakat Indonesia," ujar AHY.
AHY meninggalkan dunia militer, dengan pangkat terakhir mayor TNI, untuk mengikuti kontestasi Pilgub DKI Jakarta 2017 kemarin, bersama Sylviana Murni. Sayang, dewi fortuna belum berpihak pada AHY.
Seusainya dari Pilkada, AHY mendirikan lembaga Yudhoyono Institute, yang diluncurkan pada 10 Agustus 2017 lalu. Lembaga itu berdiri tepat di hari peringatan hari ulang tahunnya yang ke-39.
"The Yudhoyono Institute ini adalah think tank independent, semacam lembaga kajian. Non-politik praktis," ujar Chief Communication Office The Yudhoyono Institute, Ni Luh Putu Caosa Indryani, dalam perbincangan dengan detikcom, Kamis (10/8).
Menurut Ni Luh Putu Caosa, TYI akan berfokus pada isu-isu strategis nasional dan internasional. TYI akan berpihak pada 3 pilar utama, yakni liberty (kebebasan), prosperity (kemakmuran), dan security (keamanan). TYI tidak terkait dengan Partai Demokrat.
"TYI ini juga hadir untuk mempersiapkan kader-kader pemimpin bangsa yang unggul di masa depan. Direktur eksekutifnya AHY. Chairman-nya adalah SBY (Susilo Bambang Yudhoyono)," jelas Osa.(detik/dik/PD/bh/sya) |