JAKARTA, Berita HUKUM - Diskusi Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) bertema Peran Pengusaha Muda Dalam Menjaga Stabilitas Politik dan Ekonomi 2014 Menjelang ASEAN Economic Community 2015, berlangsung di Restoran Seremanis Jakarta Pusat.
Tahun 2014 dikhawatirkan akan terjadi instabilitas politik yang akan mengganggu ekonomi nasional, hal tersebut disampaikan M Qudori dari Indonesia Barometer. "Kalau saya sih tidak khawatir dari pengalaman sebelumnya. Karena sebenanrya dari dulu selalu terjadi, politik ramai ekonomi jalan terus," kata Qudori, Rabu (20/3).
"Kita justru tahun 99 karena pemilu belum jelas. Jadi kalau bicara instabilitas politik ke kondisi ekonomi menurut saya aman-aman saja. Apalagi kudeta politik, orang Prabowo sudah datang ke istana. Yang berbahaya gerakan sparatis, di Indonesia tidak ada, paling di Papua, yang punya kekuatan kecil," ujarnya lagi.
"Pemogokan nasional, PNS se-Indonesia sampai sekarang belum ada. Buruh swasta mogok kerja, belum ada serentak. Atau buruh PLN, mati lampu, nah itu belum terjadi. Gak pernah kita terjadi bencana seluruh. Paling banter kalau ada demo massal. Cuma sekarang pun tak ada tanda-tanda lagi. Kemarin ada pernyataan Kepala BIN, ada sekelompok massa, tapi menurut saya ga masalah itu. Jadi menurut saya gak ada instabilitas yg signifikan," papar Qudori.
Menurutnya sumber isntabilitas politik ada 3. Pertama Partai Demokrat. Kalau kasus ga selesai-selesai urusan nasional, hanya ngurusin partainya maka kepemimpinan tidak berjalan optimal. Kedua, masalah di pemerintahan. Misalnya, kenaikan bawang. Jadi kalau ada masalah tidak tuntas timbul masalah di masyarakat. Ketiga, soal BBM persoalan yang menimbulkan gerakan massa besar adalah masalah BBM.
"Tapi bagi saya harus ada pintu jalan ketenangan agar tidak mengganggu instabilitas politik, dengan cara penjelelasan kepada rakyat maupuan dengan baik. Masyarakat akan menerima kalau pemerintah mengajak berbicara dengan masyarakat sebelum menaikan BBM," tutur Qudori.
Sementara itu Anggota DPR RI Arya Bima mengungkapkan bahwa generasi muda sekarang ini harus kuat persiapannya, ibarat mau perang namun ketika mau perang kita tak memiliki senjata, ini sangat berbahaya, dan yang paling berbahaya kita mau perang tidak tahu kalau akan ada perang.
"Jauh sekali isu ekonomi dibanding isu Hambalang, Impor Sapi. Lihat saja berita banyak semua soal kasus politik korupsi. Gak ada isu soal Asean Economic Community 2015.
Padahal sudah dideklarasikan di Bali 2003. Ini sangat membahayakan. Jadi tugas kita yang paling penting adalah mengingatkan akan ada perang," kata politisi PAN ini.
"Saya kasihan generasi kita belum siap akan isu Asean Economic Community 2015. Padahal ini kita akan berperang dengan bangsa lain. Kita bukan berperang dengan bangsa kita sendiri, tapi dengan bangsa lain. Bagaimana solusinya? Bukan sosialisasi, juga pemberdayaan. Perkuat jaringan. Maka itu sebagai politisi, kita harus dorong dengan konstituen masing-masing parpol, mana yang prioritas," terang Arya menjelaskan.
Selain itu Arya menambahkan bahwa tak cukup jaringan, sosialisasi di kalangan pengambil kebijakan juga penting khususnya di kalangan eksekutif.
Hadir pula dalam diskusi tersebut Eddy Kuntadi, Anggota Komisi VI F-PG/Ketua Kadin DKI Jakarta, Politisi PDIP Maruarar Sirait, Sekjen BPP HIPMI Harry Warganegara Harun.(bhc/mdb) |