Lingkungan |
|
Bali Barbar Dalam Eksploitasi Lingkungan
Monday 25 Jul 2011 22:01: |
|
Ilustrasi |
|
DENPASAR-Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menilai, Bali kini dalam kondisi eksploitasi lingkungan yang Barbar. Jika hal ini dibiarkan maka kehancuran Bali dari segi lingkungan kini hanya menunggu waktu. Demikian penilaian Walhi Bali dalam rilisnya, belum lama ini.
Ketua Dewan Daerah Walhi Bali Wayan Gendo Suardana menyatakan eksploitasi Bali secara barbar dapat dilihat dari mulai pesisir sampai ke gunung. Fakta menunjukkan lahan di Bali semakin menyusut akibat alih fungsi lahan, yang berujung pada menurunya kawasan hijau serta wilayah pertanian yang secara tidak langsung akan berpengaruh kepada daya tahan pangan masyarakat. Disisi lain eksploitasi terhadap air juga semakin memperparah kondisi alam Bali.
“Eskploitasi air telah memberikan potensi krisis air serta potensi konflik akibat rebutan sumber mata air di tingkat grass roots. Lalu pencemaran dan perusakan lingkungan hidup juga telah terjadi seperti pencemaran pantai di 13 kawasan pantai di Bali,” Tegas Wayan Gendo Suardana.
Gendo menambahkan Beberapa dekade ke depan Bali sebagai pulau surga kemungkinan hanya menjadi imajinasi bagi setiap orang karena neraka menjadi begitu dekat di dalam realitas kehidupan manusia di Bali.
Seperti diketahui, kerusakan pantai di Bali, tidak bisa ditutupi lagi. Saat ini tepi pantai terus menjorok ke luar, hingga hampir ke jalan raya. Rumah-rumah penduduk bahkan ikut tergerus abrasi. Pesatnya perkembangan pembangunan di Bali telah secara nyata menimbulkan permasalahan lingkungan hidup. Semakin lama daya dukung dan daya tampung lingkungan semakin menurun, namun laju eksploitasi lingkungan tetap saja terjadi.
Kualitas lingkungan akibat eksploitasi telah terbukti dengan adanya perubahan iklim. Perubahan iklim tersebut berakibat pada perubahan tatanan kehidupan lainnya dan akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup manusia.
Bali yang sejak tahun 70-an pasca-kebijakan pengembangan pariwisata telah mengeksploitasi lingkungan hidup secara barbar, mulai dari pesisir sampai ke gunung. Fakta bahwa lahan di Bali semakin menyusut akibat alih fungsi lahan berakibat kepada menurunnya kawasan hijau serta wilayah pertanian yang secara tidak langsung akan berpengaruh kepada daya tahan pangan masyarakat.
Eskploitasi air telah memberikan potensi krisis air serta potensi konflik akibat rebutan sumber mata air di tingkat grass roots. Lalu pencemaran dan perusakan lingkungan hidup juga telah terjadi seperti pencemaran pantai di 13 kawasan pantai di Bali.
Akibatnya julukan Bali sebagai “pulau surga” mulai dikritik karena keadaan-keadaan tersebut di atas telah menjadi fakta umum. Bahkan majalah Time pernah menuliskan dalam pemberitaannya bahwa Bali adalah pulau neraka.(brb/vnc/sya)
|
|
|
|
|
|
|
|
ads1 |
×
|
ads2 |
|
ads3 |
|
|