JAKARTA (BeritaHUKUM.com) - Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) memastikan Indonesia siap dan tanggap menghadapi kecelakaan nuklir yang dapat terjadi di Indonesia. Terbentuknya Organisasi Tanggap Darurat Nuklir Nasional (OTDNN) sejak lima tahun lalu, membuat Indonesia siap menghadapi situasi terburuk.
"Memang Indonesia belum memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, baru sebatas reaktor riset, tetapi kita siap jika suatu saat PLTN akhirnya beroperasi dan terjadi kemungkinan terburuk seperti di Fukushima. Organisasi ini merupakan operasional standar yang penguasaannya terus ditingkatkan," kata Khoirul Huda, Deputi Pengkajian Keselamatan Nuklir Bapeten, Senin (21/5), di sela pertemuan Asian Nuclear Safety Network (ANSN) pada 21-25 Mei di Hotel Sahid Jakarta.
Kecelakaan nuklir sendiri masuk kategori bencana. Karenanya, organisasi itu selain beranggotakan Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Polri, TNI AD, dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) juga beranggotakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dengan masuknya berbagai instansi ini, berbagai skenario pun sudah disiapkan jika terjadi kecelakaan nuklir.
"Organisasi ini juga semakin kuat karena ada payung hukumnya yaitu Undang-undang no 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran," tambahnya.
Terkait pertemuan tahunan itu, Direktur Keteknikan dan Kesiagaan Nuklir Bapeten, Suharyanta, mengatakan anggota ANSN merupakan negara yang memiliki program pemanfaatan tenaga nuklir. Yaitu China, Jepang, Korea, Vietnam, Malaysia, Philipina, Thailand, Indonesia, Singapura, Bangladesh dan Kazaktan. Beberapa negara lain, seperti Amerika, Australia, Perancis, dan Uni Eropa turut aktif mendukung kegiatan tahunan ini.
"Salah satu yang dikaji yaitu Dose Assesment, tidak hanya bicara tentang standar dosis dari aktifitas radiasi lingkungan, juga membicarakan dampak lingkungan yang terjadi jika terjadi kecelakaan ketenaganukliran," katanya.
Yang harus diperhatikan, setiap fasilitas nuklir beresiko tetapi melalui kajian ini bagaimana memaksimal manfaat daripada resiko. Pengkajian dan penilaian dosis yang baik, akan mengurangi dampak resikonya. (bhc/boy) |