Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Lingkungan    
Kalimantan Barat
Berlibur di Tengah Belantara
Saturday 24 Aug 2013 17:54:16
 

Rumah betang Sungai Utik, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.(Foto: Ist)
 
KALIMANTAN BARAT, Berita HUKUM - Rumah betang Sungai Utik, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, adalah tempat berlibur yang unik. Senyum masyarakat Dayak Iban, penghuni rumah itu pun menebar kenyamanan dan keakraban.

Berada di tengah kota membuat penghuninya penat akan kesesakan, hiruk pikuk, dan individualisme yang tinggi. Banyak orang pergi berlibur, jauh meninggalkan kota untuk lepas dari itu semua. Sekadar menghilangkan penat, mencari tempat nyaman, jauh dari keramaian, dan mengganti suasana kota dengan suasana asri di desa.

Sayangnya, banyak tempat wisata ternyata hanya mengganti tempat saja, tapi tak mengganti suasana. Ternyata, tempat-tempat berlibur pun dipadati orang-orang dari kota yang juga ingin mencari pelarian dari kepenatan.

Dinding-dinding beton di dalam hotel pun membuat suasana tak jauh berbeda dengan berada di rumah. Bosan dengan gaya berlibur yang tak memberi nuansa berbeda, cobalah berlibur di rumah betang (rumah panjang) Sungai Utik, Kalimantan Barat.

Rumah betang Sungai Utik berada di Dusun Sei Utik, Desa Batu Lintang Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Untuk mencapai tempat ini dapat menempuh perjalanan darat dari Pontianak Kalimantan Barat, dengan jarak tempuh sekitar 15 jam perjalanan.

Dapat juga menggunakan pesawat kecil dari Pontianak menuju Kecamatan Putussibau, kemudian menempuh perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar satu hingga dua jam.

Kenyamanan akan asrinya suasana rumah betang Sungai Utik akan langsung terasa begitu memasuki gerbang desa. Dari kejauhan, terlihat sebuah bangunan berbentuk rumah panggung panjang yang ditopang kayu-kayu kokoh dari kayu ulin.

Senyum hangat masyarakat suku Dayak Iban yang mendiami rumah betang akan terlebih dahulu menyambut sebelum kaki menginjak pelataran rumah. Kehangatan itu seketika bersatu dengan sejuknya suasana, karena rumah betang ini dikelilingi hutan alami yang masih terjaga kelestariannya.

Begitu masuk ke bagian pelataran depan rumah dengan panjang sekitar 150 meter itu, terlihat jelas bahwa masyarakat di sana sangat siap menyambut tamu-tamu yang datang dengan menjaga betul kebersihan rumah mereka. Sebanyak 28 bilik yang ada di rumah betang itu terawat dengan baik dan rapi.

Menginap

Untuk menginap, masyarakat di sana akan menawarkan paratamu untuk tinggal dengan mereka di salah satu bilik yang ada. “Tentunya bilik yang ditawarkan adalah bilik yang terbaik, yang di dalamnya tersedia sarana mandi cuci kakus (MCK) dan penerangan memadai,” ujar seorang warga Sungai Utik bernama Konkordius Kanyan (48). Ia menambahkan, bilik terbaik sengaja dipilih lantaran tidak semua bilik memiliki sarana MCK dan penerangan di dalamnya.

Ia berujar, karena belum ada akses listrik, sebagian penghuni rumah betang menggunakan mesin listrik (genset) untuk penerangan. Selain sarana MCK di dalam bilik, rumah betang itu juga memiliki tiga unit MCK umum yang berada persis di depan rumah betang.

“Tidak perlu khawatir akan kebersihan, semua warga di sini sadar betul akan kebersihan demi kenyamanan para tamu,” tutur pria yang juga merupakan anggota Lembaga Bela Banua Talino (LBBT) ini.

Setelah bilik untuk menginap cocok, tamu atau turis tinggal membuat kesepakatan dengan keluarga yang menyediakan bilik mengenai tarif menginap.

Menurut Kanyan, biaya itu pun nantinya akan disesuaikan dengan makanan yang akan diberikan kepada tamu selama menginap di sana. Ia melanjutkan, karena tidak ada patokan harga, tarif di sana dapat ditentukan dengan penawaran cara kekeluargaan yang disepakati kedua belah pihak.

Setelah tempat menginap dan harga cocok, nikmatilah berbaur dengan alam dan kearifan masyarakat lokal yang menyambut hangat para tamunya.

Puluhan kepala keluarga yang ada di rumah betang itu akan menjadi bagian dari komunitas social, yang jelas memiliki karakter berbeda dengan masyarakat di kota. Silakan juga pahami bagaimana mereka hidup dengan benar-benar memanfaatkan hutan dan sungai sebagai sumber pangan.

Jika berminat, para turis diperkenankan untuk melihat langsung bagaimana penduduk setempat mengambil hasil ladang, berburu di sungai atau hutan untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Jika beruntung, ikan atau hasil buruan dapat dapat langsung disantap dengan olahan ala masyarakat pedalaman. Atau jika ingin kegiatan lebih santai, turis dapat belajar bagaimana membuat kerajinan tangan seperti tikar dan hasil anyaman lainnya.

Anak-anak di rumah betang Sungai Utik pun sangat senang bergaul dengan tamu-tamunya. Jadi, jangan sungkan untuk bermain atau bernyanyi bersama mereka. Semua itu dapat dinikmati dengan suasana hijau hutan lebat yang mengelilingi desa mereka.

Ingin lebih rileks lagi, tamu dapat menikmati mandi di jernih dan sejuknya sungai yang berada tak jauh dari rumah betang. Saat malam tiba, di sela sudut-sudut rumah betang anak-anak yang mengeliling pelita sambil bermain dengan riang.

Intim dengan Apay Janggut

Di rumah betang itu, para tamu juga dapat bertemu seorang pejuang lingkungan bernama Apay Janggut alias Bandi. Ia adalah seorang kakek berusia 71 tahun yang mempertahankan wilayah Sungai Utik untuk tetap asri dan tidak terkontaminasi penebangan hutan ataupun perkebunan.

Sebagai tokoh adat setempat, Apay Janggut akan dengan senang hati bercerita bagaimana ia mempertahankan Sungai Utik menjadi salah satu desa di Kalimantan yang masih menjalankan kearifan lokal masyarakat adat apa adanya.

“Cukup duduk bersama, ada kopi, ada rokok, kita telah berkawan,” ujarnya sambil tertawa.

Ia menambahkan, masyarakat di sana adalah masyarakat yang benar-benar bersahabat dengan alam. Siapa pun yang ada di sana, baik penduduk lokal ataupun tamu, akan diminta ikut bersatu dan menjaga alam.

“Semua di sini ada aturan adat. Tidak boleh merusak alam. Siapa pun yang melanggar, ada sanksinya. Semua sanksi akan disesuaikan dengan pelanggarannya yang sudah kita tuliskan dalam buku hukum adat kita,” kata Bandi, seperti dikutip dari shnews.co

Pernyataannya itu menyiratkan, wisatawan yang datang dapat mengetahui bagaimana hukum adat mereka, dan bagaimana penerapannya di lapangan. Nuansa liburan di Sungai Utik akan membawa wisawatan pada sistem masyarakat pedalaman yang arif dan orisinil.

Alamnya yang belum terjamah mengobati jenuh suasana kota. Tentunya, wisatawan akan memahami bagaimana masyarakat di sana menjalankan tata adat mereka, untuk hidup, untuk berinteraksi satu dengan lainnya.(shn/bhc/rby)



 
   Berita Terkait > Kalimantan Barat
 
  Berlibur di Tengah Belantara
 
ads1

  Berita Utama
Kreditur Kondotel D'Luxor Bali Merasa Ditipu Developer PT MAS, Tuntut Kembalikan Uang

Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

Polri Ungkap 72 Kasus Destructive Fishing, Selamatkan Kerugian Negara Rp 49 Miliar

3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

 

ads2

  Berita Terkini
 
Kreditur Kondotel D'Luxor Bali Merasa Ditipu Developer PT MAS, Tuntut Kembalikan Uang

Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

Polri Ungkap 72 Kasus Destructive Fishing, Selamatkan Kerugian Negara Rp 49 Miliar

3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2