JAKARTA (BeritaHUKUM.com) - Ketua Dewan Riset Nasional (DRN), Prof. DR. Ir. Andrianto Handojo dalam sambutannya di pembukaan workshop bertajuk 'Membangun Bangsa Berkarakter Unggul dan Bermoral: Tinjauan Aspek Kesehatan Otak dan Sosial Humaniora' mengatakan, rasa empati dan kasih sayang seolah telah hilang dari karakter manusia Indonesia yang terkenal halus budi.
Andrianto dan sejumlah pakar dari Dewan Riset Daerah (DRD), kalangan perguruan tinggi, budayawan, pengamat lingkungan serta pengamat sosial berkumpul bersama membahas otak manusia dan dalam membangun karakter bangsa ini.
"Mengapa itu semua terjadi?, kami menganggap ada yang salah dengan otak masing-masing kita. Dan itu perlu dikaji lebih jauh dalam sebuah riset," kata Andrianto, di Jakarta, Senin (21/5).
Fungsi otak manusia terbagi tiga. Pertama untuk berpikir realistis, kemudian intuitif dan terakhir, spiritual. Kasus dan prilaku koruptor, menurut penilaian sementara para ahli, masuk kategori otak yang normal tapi tidak sehat.
"Artinya, secara fisiologis otaknya normal dan tidak ada gangguan molekul, sel atau jaringan. Akan tetapi, cara berpikir dan berperilaku telah menyimpang dari norma dan kebenaran," kata Andrianto yang juga guru besar ITB.
Hal senada disampaikan Menteri Ristek, Gusti Muhammad Hatta. Menurutnya, guna membangun karakter yang unggul, aspek kesehatan otak dan sosial humaniora harus seimbang. Ketika bagian otak yang mengatur sosialisasi makin berkembang, maka seseorang makin tidak canggung menghadapi berbagai problematika hidup.
"Guna memperoleh karakter bangsa Indonesia yang unggul dan bermoral harus dengan meningkatkan kualitas otak manusia Indonesia. Upaya ini menjadi fokus Kementerian Ristek dalam kegiatan riset kesehatan bidang gizi, pengendalian penyakit, pengembangan obat dan alat kesehatan," kata Gusti.
Dia menyambut baik riset DRN terkait kesehatan otak. Hal itu sekaligus sebagai rangkaian momentum dasawarsa otak sehat tahun 2012-2021. (Bhc/boy) |