Oleh: Chris Komari
SAYA TIDAK melihat something extra-ordinary dari penampilan Jokowi dan argumentasi yang diberikan Jokowi. Debate Presiden dan Wakil Presiden pertama ini, bisa saya simpulan dengan 2 kata:
No 1 - Comprehensive reform to compete globally.
No 2 - simply fixing what is broken.
Tidak cukup jadi Presiden, hanya ingin memperbaiki yang rusak. President harus mampu advancing kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan negara, not simply fixing what is broken!
Gaya debate dan argumentasi Jokowi, dari dulu ketika masih jadi Cagub DKI sampai Capres ini, mudah dibaca:
*A). Jokowi selalu mengampangkan atau memudahkan masalah-masalah yg sulit dan complex!
Lihat saja fakta-fakta on the ground di Jakarta, untuk dijadikan cross-reference antara omongan atau argumentasi Jokowi dan hasilnya.
Jokowi pernah bilang, dia hanya perlu waktu 2 tahun untuk menyelesaikan kemacetan lalu lintas di Jakarta dan banjir, karena Jokowi melihat DKI Jakarta punya budget yang sangat besar.
Itulah omongan dan argumentasi Jokowi waktu jadi CAGUB DKI, memudahkan sesuai yang sulit dan complex.
Tapi hasilnya apa?
Jakarta masih JOKONJIR - Jokorto Banjir dan JOKOMAC - Jokorto Macet...!!!
Inilah fakta yang ada dari kerja dan omongan Gubernur DKI, antara omongan dan bukti kerja dilapangan, tidak matched!
Jokowi terkesan dan ini dilakukan Jokowi berkali-kali, selalu memudahkan sesuatu atau masalah yang sulit dan complex, begitu mudah.
Kalau dia sudah membuktikan sendiri di Jakarta dan mampu mengatasi “kemacetan lalu lintas dan banjir”, maka argumentasi itu akan memilki bobot untuk diterima public.
Tapi apa public records Jokowi sebagai Gubernur DKI selama ini..??? Jakarta masih macet, dan Jakarta masih banjir!
2). Dalam debat Capres ini, Jokowi juga bilang: akan bisa mengatasi ruwetnya birokrasi di Indonesia dengan sistem KONTROL atau pengawasan, dengan menerapkan technology, seperti: e-Procurement, e-Anggaran, e-Pajak, e-Purchasing, e-Pengeluaran, e-Pendapatan, etc.
Kalau memang begitu mudah, hanya dengan memakai technology computer semua bisa selesai hongky dory, ...terus bagaimana itu dengan proyek MONORAIL di DKI yang masih NGANGKRAK sampai sekarang, gara-gara ruwetnya birokrasi di Jakarta..???
Gubernurnya siapa tuh? Jokowi rupanya sudah lupa dirinya adalah masih Gubernur DKI..!!!
3). Di USA saja yang sudah maju dalam dunia technology, semua instansi dan institusi di USA pakai computer; tidak ada yang manual, ditambah system birokrasi yang begitu rapi, pemerintahan yang transparent, hukum yang tegas dan sudah berjalan ratusan tahun, masih juga banyak terjadi computer glitz, terjadi masalah system related dan kebocoran sana-sini.
Obama CARE yang di sponsori oleh Federal Government ketika di launching dengan memakai computer technology tercanggih di USA , untuk memberi kemudahan bagi rakyat America untuk sign up beli HEALTH INSURANCE lewat website yang dikelola pemerintah Federal, ternyata menimbulkan banyak masalah, bahkan delay, karena technology yang dibeli $ Billions dollar itu could not keep up and broken.
Itu contoh nyata di USA, yang mengandalkan technology.
Contoh kedua:
Department Veteran Affairs (VA) di USA yang mengelola health services untuk para veterans yang sudah berjalan puluhan tahun dengan computer technology modern, tapi faktanya malah meresahkan bagi para veteran perang, yang untuk bisa ketemu doctor VA saja, waiting list-nya begitu lama, bisa 3 sampai 4 minggu, meski sekarang kebobrokan itu lagi di overhaul.
Rupanya kelemahan di VA dan OBAMACARE, bukan hanya di technology tetapi juga di system, including the people behind the desk. So, it is not that simple!
Technology ada baiknya, tetapi juga banyak kelemahannya.
Applying technology is one thing. Untuk semua berjalan dengan baik, a massive reform perlu dilakukan. Jadi tidak semudah flipping the switch seperti yang dibilang Jokowi.
Kalau begitu mudah, kenapa kemacetan lalu lintas, banjir dan proyek MONORAIL di Jakarta sampai detik ini masih belum diselesaikan dan masih NGANGKRAK..???
What's up with that Mr. Governor?
Omongan Jokowi yang memudahkan masalah yang sulit dan complex, hanya omongan belaka, buktinya tidak ada, semuanya hanya argumentasi yg tidak terbukti..!!!
Itulah gaya debate dan argumentasi Jokowi, memudahkan sesuatu atau masalah yang sulit dan complex! Jokowi pikir dengan menggunakan teknologi dan fixing what is broken, semuanya selesai. It is not that simple...!!!
Saya tidak melihat something extra-ordinary dari penampilan Jokowi maupun argumentasi Jokowi.
Overall solusi yang diberikan Jokowi tidak lebih dari simply: “fixing what is broken!” What is so significant about that?
Kenapa Jokowi suka blusukan ke lorong-lorong kali dan kalen?
Karena Jokowi looks for something that is broken, and he wants to fix it. Karena Jokowi mencari yang hal-hal rusak, dan ingin memperbaikinya.
That is not bad. Tapi itu bukan fokus atau prioritas utama seorang President; bila dalam waktu yang sama, kekayaan sumber alam Indonesia banyak yang bocor, banyak mengalir keluar negeri, entah itu dicuri oleh orang kita sendiri atau dirampok oleh perusahaan-perusahaan asing setiap harinya.
Memperbaiki yang rusak is not bad, tetapi itu tidak cukup! Seorang President harus mampu membawa bangsa dan negara advancing ke depan.
Kita sebagai bangsa besar, harus mampu me-reformasi diri secara besar-besaran, dan mampu berkompetisi secara global. The old way of fixing complex and difficult problems won't work.
Eh, yang dicalonkan jadi Capres oleh PDIP itu, Jokowi atau Jusuf Kalla sih? Kayaknya kebalik deh, Jokowi lebih pantas jadi CAWAPRES nya JK.
Membangun Kembali Indonesia Raya: 8 Program Aksi Untuk Kemakmuran Rakya,
Klik di sini.(cc/bhc/sya)
Penulis adalah
Chris Komari, Pendiri gerakan politik yang disebut: "Masa Depan Indonesia" . Chris Orang Indonesia yang telah 16 tahun terakhir ini tinggal di California Amerika Serikat.
(ck/bhc/sya)