DITENGAH - Hingar bingar dan kemajuan di negeri yang di kenal ramah tamah ini, ternyata budaya kekerasan masih begitu mendominasi. Akhir-akhir ini kita terus disuguhi aneka kekerasan yang dilakukan oleh berbagai pihak, mulai dari kalangan pelajar, preman dan politikus. Persoalan sepelepun berujung kekerasan dengan meninggalkan perasaan yang mendalam sampai berujung pada kematian. Mantan Presiden Abdurahman Wahid yang nota bene tokoh besar Islam di Indonesia, ternyata bisa duduk bersama dengan Daisaku Ikeda yang nota bene tokoh Budhisme, keduanya berdialon tentang perdamaian, peradaban dan budaya, yang terangkum dalam sebuah buku yang dibedah oleh tim BeritaHUKUM, sebagai persempabahan untuk para pembaca media online yang kita cintai ini, selamat membaca.
Judul Buku: Dialog Peradaban Untuk Toleransi dan Perdamaian
Penulis: KH.Abdurrahman Wahid & Daisaku Ikeda
Penyunting:The Wahid Institute & Sokka Gakkai Indonesia
Penerbit: Gramedia Pusata Utama
ISBN : 978-979-22-6432-6
Cetakan ke-I: Desember 2010
Cetakan ke-II: Maret 2011
Di tengah intoleransi di Indonesia yang dikenal sebagai Negara muslim moderat terbesar dunia ini, dialog-dialog yang mengetengahkan nilai-nilai toleransi dan perdamaian mutlak diperlukan dan perlu terus digelorakan.Kasus bom bunuh diri di Masjid Adz-Dzikra,Kompleks Mapolresta Cirebon,Jawa Barat,beberapa waktu lalu,setelah sebelumnya juga bom buku,kasus Sampang,dll, contoh paling ekstrem piciknya pandangan keagamaan si pelaku dan ketidarelaan menerima perbedaan dan upaya dialog terus menerus tanpa lelah.
Salah satu dialog penting dan mendalam mengenai peradaban, termasuk di dalamnya ajaran-ajaran mendasar keagamaan, termuat dalam buku dua tokoh besar Indonesia dan Jepang, KH.Abdurrahman Wahid dan Daisaku Ikeda bertajuk ‘Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian’, terbitan Gramedia Pustaka Utama bekerjasama dengan Soka Gakkai Indonesia dan The Wahid Institute. Pertama kali terbit pada Desember 2010 dan kini menjadi buku the best seller, Maret 2011, buku ini masuk cetakan kedua.
Buku setebal 309 halaman ini dibuka dengan dialog mengenai titik tolak dan jantung pesan setiap agama, perdamaian. Kedua tokoh dunia itu hendak mengajak setiap agama dan keyakinan untuk bekerjasama menuju stau tujuan berupa perdamaian. Dan salah satu strategi mencapai tujuan itu, menurut Gus Dur adalah melalui dialog.
“Dialog dapat menciptakan wajah manusia tidak memandang perbedaan suku, budaya,atau latar belakang sejarah serta membuka jalan meningkatkan nilai-nilai universal dan komitmen global, budaya perdamaian dan kerukunan umat manusia,”kata Gus Dur.
Dalam buku ini, ia juga menandaskan, Islam tak menganjurkan perang. Sebaliknya orang-orang berperang atas alas an faktor-faktor di luar agama.
“Budhisme yang menjujung kehormatan jiwa pun bertujuan perdamaian dan juga mengajarkan sepenuhnya tentang jalan kedamaian,”timpal Daisaku.
Buku ini terdiri dari tujuh bab, perdamaian merupakan misi agama, persahabatan sebagai jembatan dunia, perjuangan dan pencarian di masa remaja, tantangan menuju abad hak azasi manusia, persahabatan antar budaya sebagai sumber kreativitas, belajar toleransi dari sejara Islam dan Budha, pendidikan pilar emas masa depan, dan membuka zaman baru.
Buku ini diberi kata sambutan oleh empat tokoh, Jusuf Kalla, Menteri Pendidikan Mohammad Nuh, Gumilar Rusliwa Somantri, dan Ketua Umum PBNU KH.Said Aqil Siradj.
Ikeda adalah Presiden ketiga Gerakan Soka Gakkai Internasional (SGI), organisasi umat awam penganut Budhisme Niciren yang kini telah memiliki 12 juta anggota di 192 negara dan wilayah. Komunitas ini meyakini bahwa Budhisme adalah sebuah filsafat praktis tenteng pemberdayaan diri dan perubahan internal seseorang yang memungkinkan orang tersebut mengembangkan diri dan bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Nichiren sendiri adalah nama seorang bhiku pada abad ke-13.
Ikeda yang juga pendiri Institute Filsafat Timur dan telah menerima gelar Doktor Honoris Causa lebih dari 260 universitas di dunia ini dikenal tokoh yang gemar melakukan dialog. Lebih dari 60 buku berisi dialog dengan tokoh dunia lahir dari tangannya. Di antaranya Dialog Menuju Abad ke 21 dengan sejarawah terkemuka adab 20 asal Inggris Arnold Joseph Toynbee, Pelajaran Moral di Abad ke-20 dengan mantan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev, Sebuah Pencarian untuk Perdamaian Global dengan fisikawan Polandian – Inggris yang juga dikenal sebagai tokoh perdamaian Joseph Rotblat, Perjalanan Kebudayaan dan Kesenian dengan profesor untuk kebudayaan Cina dan kajian Timur Jao Tsung-I.
Seperti juga Ikeda, Gus Dur merupakan tokoh agama dari organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, bahkan dunia yaitu kaum Nahdliyin dengan 60-an juta umatnya. Pejuang demokrasi dan pluralisme ini adalah mantan Presiden RI ke-4.
Menumbuhkan semangat dialog dan menggelorakan berbagai upaya mewujudkan toleransi dan perdamaian. Kerjasama dua organisasi besar dengan jutaan pengikutnya ini jelas memiliki nilai strategis ke depan, tak hanya di Indonesia tapi juga di kalangan internasional.(bhc/rat)
|