WASHINGTON DC (BeritaHUKUM.com) – Sebanyak 13 jaringan utama National Aeronautics and Space Administration (NASA) dijebol hacker.
Menurut Inspektur Jenderal NASA, Paul Martin pihaknya menemukan, pembobolan ini terjadi sejak November tahun lalu melalui jaringan internet di Cina, yang menembus jaringan Laboratorium Jet Propulsion.
Padahal fasilitas Laboratorium tersebut sedang mengelola 23 pesawat angkasa untuk melakukan misi ke planet Jupiter, Mars dan Saturnus.
Paul menjelaskan bahwa hacker mendapatkan sistem akses lengkap, yang memungkinkan untuk melakukan perubahan. “ Menyalin data, menghapus dokumen penting lalu membuat data baru dan memasukkan semua data yang memungkinkan akan adanya pencurian data NASA lainnya. Hacker ini juga mampu menyembunyikan identitas untuk menyembunyikan aksinya ini,” jelasnya seperti yang dilansir di Mashable, Sabtu (3/3).
Lebih lanjurt Pual menyatakan, bahwa NASA bergerak terlalu lambat untuk mengenkripsi atau mengacak data pada laptop dan komputer untuk melindungi informasi penting di dalamnya agar tidak jatuh ke tangan yang salah.
Sehingga sang hacker bisa memanfaatkan semua data yang penting, dan memberikan kesempatan yang lain untuk masuk ke dalam akses ini.
Sementara itu, Juru Bicara NASA, Michael Cabbagehe mengatakan bahwa pada hari Jumat, pihaknya telah mengimplementasikan rekomendasi untuk pembuatan perlindungan jaringan oleh lembaga inspektur umum. "NASA menanggapi isu keamanan jaringan komputer ini dengan sangat serius, dan tidak ada yang dapat disampaikan saat operasi di stasiun luar angkasa internasional dalam keadaan bahaya karena adanya pencurian data," ujarnya.
Dalam serangan lain pada tahun lalu, lebih 150 sistem NASA berhasil dicuri hacker. Akibat insiden keamanan jaringan ini, lembaga anatariksa kebanggaan Amerika ini telah menelan biaya lebih dari 7 juta dolar selama dua tahun terakhir. (sya)
|