Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Selebriti    
Musik
Grace Jones, Ikon Mode dan Seksualitas
2016-04-28 06:00:46
 

Ilustrasi. Berbagai penampilan kostum Grace Jones.(Foto: Istimewa)
 
NEW YORK, Berita HUKUM - Jauh sebelum kemunculan Lady Gaga, Grace Jones telah terlebih dahulu menghentak dunia panggung dengan kostum-kostumnya yang provokatif dan membelalakkan mata.

Sebagai inspirasi bagi Lady Gaga dan Rihanna, memukau penonton dengan kostum adalah ciri khas Grace Jones.

Ingat kembali rentetan pakaian yang digunakan perempuan yang memiliki tinggi 175cm ini saat konsernya di Ballroom Hammerstein, New York, 2009 silam.

Dalam acara itu, Jones memakai kostum pola zebra bewarna putih yang dilengkapi penutup kepala bak burung, topeng tengkorak bewarna emas dan baju hitam-jingga yang dipenuhi logo dollar.

Atau dalam penampilannya yang terakhir, tubuh Jones yang tampil telanjang dipenuhi lukisan tubuh khas Afrika sembari bermain hula-hoop.

Terlihat penyanyi asal Jamaika yang sebentar lagi berusia 70 tahun lagi itu, masih bentuk tubuhnya yang seperti supermodel. Grace Jones tak ubahnya kekuatan alam yang memancarkan pesona tak terhingga.

Kostum dan aksesoris adalah segala-galanya bagi artis yang sangat percaya diri ini. Dia pernah disebut menghadiri sebuah pesta yang digelar seorang menteri di Prancis pada tahun 70an, nyaris telanjang, hanya menggunakan aksesoris kalung tengkorak.

Perempuan yang telah diabadikan lewat foto dan lukisan oleh seniman legendaris Andy Warhol hingga fotografer Helmut Newton ini memang selalu berupaya mempertajam fisiknya yang sudah sangat kuat, dengan korset, topeng, penutup kepala dan jubah.

Batas abu-abu

Citranya yang terkesan kasar, memesona mantan kekasihnya Jean-Paul Goude, orang dibalik foto-foto dan karakter luar biasa Jones. Mereka pertama kali bertemu di New York pada akhir 1970an.

Saat itu Jones masih merintis karirnya sebagai penyanyi pop. "Saya selalu suka perpaduan antara citra yang kasar dan kecantikan. Waktu itu saya yakin, ini saatnya Jones untuk dilihat orang," kata Goude dalam sebuah dokumenter produksi BBC, tentang ratu-ratu disko.

Dia pun kemudian 'menyulap' Jones. Pada sampul album Island Life yang dirilis pada 1985, Jones difoto dengan tubuh penuh minyak, nyaris telanjang dengan posenya yang ekstrem. Sebuah mikrofon dipegangnya jauh dari mulut.

Foto ikonik tersebut sebenarnya adalah kolase dari beberapa foto dan melibatkan tubuh orang lain. Kepada majalah Playboy edisi tahun 1986, Jones bahkan menyebut bokong di foto tersebut, "bukan bokong saya".

Pada sampul album Nightclubbing yang diluncurkan pada 1981, Jones menampilkan citra androgini dengan hanya mengenakan jaket tuksedo Armani, dengan rambut yang dipotong sangat rata dan sebatang rokok yang menggelantung di bibirnya.

Ditambah lagi, bagian bahu tuksedonya juga telah diperpanjang, semakin menegaskan citra maskulinitas.

Pada batas abu-abu ini, Jones berujar, "Saya bisa tampil feminin, atau maskulin. Saya rasa saya keduanya. Kadang saya berpikir sisi kelaki-lakian saya lebih dominan, sehingga saya harus menguranginya. Saya tidak seperti perempuan pada umumnya, itu sudah pasti."

Hubungannya dengan Goude berakhir ketika Jones mengandung anak mereka, Paulo, mengaku bahwa dia tertarik kepada Jones, "karena karakter virtual yang bisa diciptakan Jones, bukan karena dia sebagai perempuan biasa". Jones mengkonfirmasi itu, "Saya selalu hanya menjadi obyek baginya".

Jamaika-Amerika

Anak ketiga dari tujuh bersaudara ini lahir dengan nama Beverly Grace Jones lahir di Jamaika. Dia dibesarkan oleh neneknya yang keras, karena orang tuanya sebagian besar bekerja di Amerika Serikat.

"Saya tidak boleh melakukan apapun. Saya tidak boleh nonton TV, tidak boleh mengecat kuku, tidak boleh bermain, bahkan tidak boleh mendengarkan radio. Jadi, ketika saya sampai di Amerika Serikat, saya seperti burung yang baru keluar dari sangkarnya. Saya ikut bergabung dengan geng motor dan melakukan berbagai hal bodoh. Untung saya selamat".

Masa kecil yang penuh dengan tekanan justru membuat imajinasi Jones berkembang liar. Ketika tiba di New York, Jones melampiaskan masa mudanya yang hilang di kampung halaman. Genetika dan latar belakang keluarganya (campuran politik, agama dan musik yang kuat), berkontribusi pada gerak-gerik Jones yang selalu teatrikal. Ini ditambah pula arahan yang diberikan Goude.

Dalam sebuah wawancara dengan BBC, juru rias Jones, Rudy Calvy, yang juga merupakan teman clubbing Jones, teringat salah satu pertunjukan yang ditampilkan temannya itu.

"Dia datang ke klub menggunakan sepeda motor. Kepalanya ditutup tudung hitam. Dia berjalan menuju meja bar, menjatuhkan seluruh gelas di meja itu dan kemudian berbaring di meja. Sepatu tumit tingginya menginjak mesin kasir. Jones kemudian menyanyikan La Vie en Rose. Gila, luar biasa sekali penampilannya malam itu."
Berakar dari 'kampung'

Atas segala keunikannya, Jones menyebut kampung halamannya adalah inspirasi utamanya. Pada sebuah wawancara tahun 2010, Jones duduk di sebelah ibunya, Majorie, yang berprofesi sebagai tukang jahit, dia yang saat itu mengenakan topi hitam, mengungkapkan bahwa kecintaannya terhadap topi bermula dari aktivitas ke gereja di hari Minggu.

"Ibu memberi tahu saya, kalau orang ke gereja, mereka berdandan. Fokus dandanan itu di kepala. Saya bahkan tidak dibolehkan keluar rumah kalau tidak memakai topi. Itu sudah seperti kewajiban. Jadi, saya merasa telanjang kalau tidak pakai topi."

Namun, Jones tidak tertarik untuk membagi tips berbusana dan penampilannya dengan selebritis lain.

Terkait permintaan berulang kali dari Lady Gaga yang mengajak Jones berkolaborasi, Jones menyebut, "Saya tidak suka berkolaborasi dengan orang lain. Kita lahir sendiri, mati sendiri. Pergi manggung pun sendiri. Saya lebih cocok tampil sendiri. Tahun 2002, saya berkolaborasi dengan Pavarotti. Itu karena saya menyayangi dia, dan saya bisa memperlebar pengalaman saya ke dunia opera. Saya dapat sesuatu dari sana. Kalau dengan Lady Gaga, saya tidak akan dapat apa-apa. Pasti hanya dia saja yang diuntungkan."

Meskipun tetap berhati-hati mempertahankan citranya, Jones telah meraih 'segalanya'. Dia tidak mengikuti tren, tetapi menerjemahkannya, bahkan membuatnya. "Kreativitas yang membuat saya terus hidup".

Jadi, apapun yang dilakukan atau dikenakan Jones, apakah menulis otobiografi, membuat album baru, atau hadir menyerahkan penghargaan dengan hanya mengenakan pakaian dalam, perempuan yang umurnya akan menginjak kepala tujuh ini adalah gudang kreativitas.(BBC/bh/sya)



 
   Berita Terkait > Musik
 
  Cerita Farel Prayoga. Dari Mengamen Hingga Bikin Istana Negara Bergoyang !
  Enam Twit Kontroversial Elon Musk yang Membuatnya dalam Masalah
  Charlie Watts Meninggal: Kisah Sang 'Penjaga Irama' The Rolling Stones yang Pernah Menghajar Mick Jagger
  Westlife Sihir Seluruh Penonton dengan 'If I Let You Go'
  Anang Hermansyah Resmi Tarik Usulan RUU Permusikan di Baleg DPR
 
ads1

  Berita Utama
Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

Istana Dukung Kejagung Bersih-bersih di Pertamina: Akan Ada Kekagetan

Megawati Soekarnoputri: Kepala Daerah dari PDI Perjuangan Tunda Dulu Retreat di Magelang

Usai Resmi Ditahan, Hasto Minta KPK Periksa Keluarga Jokowi

 

ads2

  Berita Terkini
 
BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

10 Ribu Buruh Sritex Kena PHK, Mintarsih Ungkap Mental Masyarakat Terguncang

Anak 'Crazy Rich' Alam Sutera Pelaku Penganiayaan, Sudah Tersangka Tapi Belum Ditahan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2