TUBAN, Berita HUKUM - Dalam rangka Hari TNI 5 Oktober dan Hari Satwa Se-dunia pada 4 Oktober, para aktivis dan pecinta satwa mengucapkan Dirgahayu TNI, sekaligus meminta TNI mencabut izin pakai lapangan Yonif 521 Tuban, Jawa Timur.
Meski dianggap illegal, sirkus keliling lumba-lumba masih tetap digelar di Lapangan Kompi Senapan-C YONIF 521/DY, Tuban, Jawa Timur dari tanggal 13 September s/d 14 Oktober 2013, sebuah komplek militer.
“Menhut Zulkifli Hasan sudah menyatakan sirkus keliling lumba-lumba itu illegal dan Dirjen PKHA Kementerian Kehutanan juga telah menerbitkan sebuah surat larangan resmi terhadap sirkus keliling lumba-lumba,” kata Usman Hamid, pendiri Change.org yang aktif memfasilitasi aktivis pecinta satwa membuat petisi-petisi online untuk menghapuskan eksploitasi satwa.
Seharusnya, lanjut Usman, jajaran TNI berkoordinasi dengan jajaran pemerintah seperti Kementerian Kehutanan atau di BKSDA. "Ini adalah contoh memfasilitasi kekejaman terhadap satwa dan bukan contoh yang baik," tegasnya.
“Sekali lagi wibawa pemerintah dilangkahi pengusaha yang tak menggubris aturan pemerintah” kata Coki “Netral”, pengagas petisi www.change.org/stopsirkuslumba.
Surat larangan itu diterbitkan oleh Dirjen PHKA No. S. 297/IV-KKH/2013 tertanggal 19 Juni 2013 dan No. S.388/IV-KKH/2013 tertanggal 19 Agustus 2013. Bunyinya: “Kami perintahkan untuk mengawasi peragaan lumba-lumba keliling di wilayah saudara dan mengambil tindakan untuk menarik kembali satwa tersebut ke lembaga konservasi asalnya.” Isi surat tersebut menginstruksikan BKSDA Jatim, Jateng, DIY, hingga Jabar untuk segera menertibkan dan menghentikan sirkus lumba-
Meski larangan itu jelas, pengusaha sirkus yang bernaung dalam PT Wersut Seguni Indonesia (WSI) nyatanya mengabaikan.
Femke den Haas dari JAAN Indonesia menyatakan, “Pentas sirkus keliling ini harus berakhir.
Pengusaha sirkus kian sulit menemukan tempat peragaan. Mereka tak bisa lagi di pusat perbelanjaan dan juga tak bisa lagi di alun-alun kota. Makanya diadakan di kompleks militer.” Seharusnya, lanjut Femke, jajaran TNI berkoordinasi dengan jajaran pemerintah seperti Kementerian Kehutanan atau di BKSDA. Ini adalah contoh memfasilitasi kekejaman terhadap satwa dan bukan contoh yang baik.”
Pecinta binatang dan penggagas petisi www.change.org/komnashewan, Dian Paramita mengajak publik mendukung “Kampanye Stop Sirkus Keliling Lumba-lumba”. “Ini adalah eksploitasi dan pelanggaran hak asasi satwa. Perlu dibentuk Komnas Perlindungan Hewan untuk melindungi segala bentuk penyiksaan terhadap binatang di Indonesia, termasuk lumba-lumba,“ sahut Dian.
Melanie Subono menyatakan “Menurut saya, sampai kapan pun tidak akan ada orang atau suara yang bisa menghentikan hal tolol seperti ini kalau orang yang berkepentingan masih mengambil keuntungan dari semua ini, dan kalau baik dari jajaran Menteri sampai pejabat dan Presidennya pun masih takut dan bergantung pada orang-orang berduit Toni Sumampauw dan lain-lain. Yang di atas aja cuma cari uang, apalagi yang di bawah.”
Kampanye Stop Sirkus Lumba keliling didukung Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Animal Friends Jogja (AFJ), Dive Mag Indonesia, Earth Island Institute, Riyanni Jangkaru, hingga peraih piala Oscar Ric’O Barry.
Pendiri Change.org Arief Aziz menyatakn, "Mereka mendesak sirkus terakhir dunia ini dilarang. Anda tertarik bergabung? Silakan tandatangani petisi www.change.org/stopsirkuslumba yang sudah mencapai 96.000 dukungan."(rls/cng/bhc/sya)
|