JAKARTA, Berita HUKUM - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku Panglima Tertinggi (Pangti) TNI-Polri mengumpulkan sekitar 282 perwira tinggi, jendral bintang dua ke atas, di jajaran TNI-Polri guna memberikan pembekalan dan arahan menghadapi Pemilu Presiden (Pilpres) yang akan dilaksanakan pada 9 Juli mendatang.
“Acara ini perlu dan penting, agar TNI dan Polri bertindak tepat dalam Pilpres 2014. Tepat sesuai amanat konstitusi dan Undang-Undang yang berlaku, dan tepat sesuai reformasi TNI-Polri yang dilakukan mulai tahun 1998 lalu,” kata Presiden.
Presiden menguraikan, beberapa kali ia memberikan instruksi dan pengarahan dengan tema yang sama berkaitan dengan sikap dan tindakan TNI-Polri dalam menghadapi Pemilu, di antaranya saat menghadapi Pemilu 5 tahun lalu, dan juga pada pada awal tahun ini dalam Rapim TNI, pada 9 Januari, terkait dengan pelaksanaan Pemilu Legislatif (Pileg).
Intinya, kata SBY, ada dua hal yang harus dipegang teguh para prajurit TNI-Polri, yaitu:
1). Polri dibantu TNI bertugas untuk memastikan agar Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden berjalan secara aman, tertib, dan lancar sesuai amanah Undang-Undang; dan 2). TNI dan Polri netral, baik selaku institusi maupun selaku anggota TNI-Polri.
“Penilaian saya, TNI dan Polri telah dapat melaksanakan dua tugas dan sasaran itu, apapaun hasilnya Pileg dan Pilpres 2009, dan Pileg 2014 lalu. TNI dan Polri telah bertindak netral,” ujar Presiden SBY seraya menyebutkan, biasanya dalam Pemilu selalu ada kecenderungan yang kalah menyalahkan adanya kecurangan karena TNI dan Polri tidak netral.
Tapi, lanjut SBY, sejarah telah mencatat pada Pileg dan Pilpres 2009, serta Pileg 2014, TNI dan Polri telah bisa bertindak netral.
“Harapan saya, netralitas TNI dan Polri itu pada Pilpres 9 Juli tetap dilaksanakan. Jangan mundur, jangan dirusak, jangan dikacaukan Reformasi TNI-Polri yang kita laksanakan sejak 16 tahun lalu itu,” pesan SBY.
Menurut Panglima Tertinggi TNI-Polri itu, rakyat dan juga para Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) juga berharap TNI dan Polri harus tetap netral. “TNI dan Polri harus memberi kesempatan yang sama kepada pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa dan Joko Widodo – Jusuf Kalla agar berkompetisi secara damai, bermartabat, dan terhormat,” tegas SBY.
Harus Mundur
Presiden SBY mengaku telah memperoleh informasi yang sudah dikonfirmasikan, bahwa ada pihak yang menarik-narik sejumlah perwira tinggi untuk mendukung calon tertentu, dan tidak perlu mendengar apa yang dikatakan Presiden yang sebentar lagi akan menjadi ‘kapal karam’.
Presiden mengingatkan, bahwa ajakan-ajakan seperti itu sama dengan mengajari para prajurit/tamtama/dan perwira TNI-Polri untuk meninggalkan sumpah prajurit, yaitu Sapta Marga. “Itu betul-betul in subordinasi. Oleh karena itu hati-hati, jangan tergoda. Saya khawatir niat dan tujuannya tidak baik, bagi perwira, bagi TNI-Polri, bagi lembaga, dan bagi negara,” tegas Kepala Negara.
Presiden mengingatkan, para komandan utama di lingkungan TNI-Polri adalah perwira terbaik. Karena itu, kata Presiden SBY, almamater tempat mereka berasal di TNI pasti tidak rela jika mereka mau ditarik-tarik ke politik. Ia pun sebagai pemimpin TNI-Polri, tegas SBY, juga tidak rela. “Kami mencintai Anda semua untuk menuju kejayaan di negeri ini,” pesan SBY.
Meski demikian, Presiden SBY menegaskan, jendral/laksamana/marsekal bukan tidak boleh menjadi pemimpin politik atau mengisi jabatan-jabatan politik. Hanya saja, SBY mengingatkan ada aturan dan etika yang harus dipatuhi, yakni harus mundur dulu dari jabatan TNI dan Polri.
“Era Dwi Fungsi TNI-Polri sudah berakhir, era kekaryaan sudah selesai. Karena itu, kalau itu terjadi (berebut jabatan politik), perwira di bawah dan prajurit akan bingung,” sebut SBY.
Presiden mempersilahkan, kalau di antara perwira TNI-Polri ingin menjadi pemimpin politik atau ingin berkarier di jabatan politik. “Ajukan pengunduran diri sekarang juga, hampir pasti akan dikabulkan. Saya akan lepas baik-baik, dan saya akan doakan semoga sukses,” kata SBY seraya menyebutkan, justru dengan tidak berada di lembaga TNI-Polri, ruang gerak mereka di politik akan lebih terbuka.
“Rakyat akan menilai cara itu fair karena tidak dianggap mengandalkan senjata di belakangnya untuk meraih kepercayaan politik dari rakyat,” terang Kepala Negara.
Presiden SBY mengajak para pimpinan TNI-Polri yang ingin berkarier di jabatan politik untuk mengikuti apa yang dilakukan para mantan pimpinan TNI-Polri yang kini memimpin partai politik, yaitu Jendral (Purn) Edi Sudrajat, Jendral (Purn) Wiranto), Letjen (Purn) Prabowo Subianto, termasuk dirinya sendiri, yang memilih jalan yang benar dalam mewujudkan cita-citanya menjadi pemimpin politik, dengan mendirikan partai politik.
Hadir dalam kesempatan itu antara lain Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menteri Pertahanan Purnomo Yosgiantoro, Mensesneg Sudi Silalahi, Seskab Dipo Alam, Panglima TNI Jendral Moeldoko, Kepala BIN Marciano Norman, Kapolri dan para Kepala Staf TNI AD, TNI AU, dan TNI AL.(WID/Setkab/ES/bhc/sya) |