Turki Hagia Sophia: Salat Jumat Pertama Setelah 86 Tahun, 'Allahu Akbar, Terharu dan Merinding', Antusiasme Masyarakat Beribadah 2020-07-25 14:01:44
TURKI, Berita HUKUM - Salat Jumat pertama (24/7) dilaksanakan di Hagia Sophia, gedung berusia 1.500 tahun yang semula adalah katedral dengan sambutan "Allahu Akbar" (Tuhan Maha Besar) oleh masyarakat di dalam dan di luar masjid yang mengikuti ibadah pertama dalam 86 tahun terakhir.
Sekitar 1.000 orang dizinkan untuk masuk ke Hagia Sophia melalui pemeriksaan keamanan, sementara yang lainnya melakukan salat di seputar masjid.
"Muslim sangat senang, semua orang ingin hadir di pembukaan (salat Jumat pertama)," kata Gubernur Istanbul Ali Yerlikaya Kamis (23/7).
Pada 1934, di bawah kepemimpinan Presiden Mustafa Kemal Ataturk, pendiri Turki modern, setelah jatuhnya Ottoman, masjid itu dijadikan museum.
Lukisan dan ornamen Kristiani ditutup tirai dengan menggunakan mekanisme khusus selama waktu salat tetapi tetap akan dipajang.
Gedung ini dibangun pada abad keenam sebagai katedral namun dijadikan masjid pada 1453 ketika Ottoman, biasa disebut juga dengan Kekhalifahan Utsmaniyah, di bawah Mehmed II atau Sultan Muhammad al-Fatih menaklukkan Konstantinopel yang kemudian berganti nama menjadi Istanbul.<
Cerita mahasiswa Indonesia "sambutan Allahu Akbar, terharu dan merinding"
Dua orang mahasiswa Indonesia yang mengikuti salat Jumat di seputar Hagia Sophia adalah Darliz Aziz dan Danis Nurul.
Darliz, mahasiswa asal Aceh, yang sudah berada di seputar Hagia Sophia, beberapa jam sebelum salat dimulai, mengatakan walau matahari cukup terik, jemaah tetap bersemangat.
"Saat Presiden Erdogan mengawali dengan awal surah Al-Baqarah, masyarakat menyambut dengan Allahu Akbar (Tuhan Maha Besar), bersemangat menyambut Hagia Sophia sebagai masjid," cerita Darlis.
"Saya merasakan suasana yang guyub dari masyarakat Turki, Mereka berdatangan dari seluruh provinsi yang ada di Turki dari berbagai kota. Kebetulan, saya berjumpa dengan salah satu warga Turki yang berasal dari kota Denizli atau Pamukkale sebuah kota yang eksotis pemandangannya di Kawasan Barat Daya Turki.
"Dia mengatakan mengajak keluarganya bersama untuk merayakan pengembalian status Hagia Sophia dan mereka rela menginap selama satu malam," tambah Darlis.
Sementara itu, Danis Nurul, seorang mahasiswi, berjalan sekitar empat kilometer menuju Hagia Sophia bersama dengan ribuan warga lain yang berbondong-bondong menuju masjid agung ini.
"Terasa sekali warga sangat antusias, tidak hanya dari Turki, tapi banyak juga yang datang dari negara lain. Orang-orang rela berpanas-panasan, dengan menggelar sajadah di jalan," cerita Danis.
"Dari jarak sekitar satu kilometer dari masjid, orang antre melewati tenda-tenda yang disediakan untuk mengambil masker dan disinfektan," katanya lagi.
"Terharu banget bisa menyaksikan momen spesial ini, dan merinding, terutama ketika mendengar azannya," cerita Danis.
Erdogan bersama sejumlah menteri Turki ikut dalam salat Jumat pertama.
Dianjurkan memakai masker dan petugas kesehatan dikerahkan
Dalam pidato melalui televisi pada Kamis (23/07), Gubernur Yerlikaya mendesak mereka yang ingin mengikuti salat Jumat untuk membawa "masker, sajadah, serta bersabar dan memahami kondisi" untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Karpet dengan motif Ottoman pada abad ke-17.
Ia menambahkan para petugas kesehatan dikerahkan di Hagia Sophia dan seputarnya.
Menteri Agama Ali Erbas mengatakan masjid agung ini dapat menampung sekitar 1.000 orang untuk sekali salat.
Banyak yang hadir di seputar masjid duduk di luar Hagia Sophia.
SUMBER GAMBAR,ALI YERLIKAYA
Interior masjid yang diunggah Gubernur Istanbul Yerlikaya di Twitter.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdo?an mengundang Paus Fransikus untuk menghadiri pembukaan masjid, lapor kantor berita Anadolou.
Namun sejauh ini belum ada laporan bagaimana tanggapan Paus.
Tanggal 12 Juli lalu, Paus mengatakan "sangat sedih" atas keputusan Turki menjadikan Hagia Sophia kembali menjadi masjid.
Paus pernah mengunjungi Hagia Sophia dalam kunjungan ke Turki pada 2014.
Salat Jumat pertama akan dipimpin oleh Ali Erba? ketua direktur keagamaan, lapor harian Turki Hurriyet.
SUMBER GAMBAR,EPA
Keterangan gambar,
Warga bersiap mengikuti salat Jumat di luar Hagia Sofia
Hurriyet melaporkan mosaik dan lukisan Kristiani akan ditutup tirai selama salat Jumat dan waktu salat lain.
SUMBER GAMBAR,REUTERS
Keterangan gambar,
Mosaik Kristiani termasuk Yesus dan Bunda Maria akan ditutup selama salat.
"Mekanisme tirai yang digunakan mirip dengan yang dipakai dalam industri film," kata harian itu.
"Tidak ada satu pun paku yang akan digores di struktur beton itu," tambah Hurriyet.
SUMBER GAMBAR,REUTERS
Keterangan gambar,
Mosaik Yesus dan Bunda Maria di Hagia Sophia.
Karpet yang akan dipakai untuk salat Jumat diproduksi di Provinsi Manisa, salah satu pabrik karpet pertama di Turki, kata surat kabar itu.
"Terbuat dari bulu domba 100%, karpet hijau yang dipasang dengan motif Ottoman abad ke-17.
Kemenangan dalam upaya kelompok Islamis
SUMBER GAMBAR,AFP
Keterangan gambar,
Erdogan membuka "Masjid Agung Hagia Sophia" Kamis (23/07).
Bagi kelompok Islamis Turki, Hagia Sophia kembali dijadikan masjid menandai mimpi lama mewujudkan kembali simbol kejayaan Ottoman.
Namun bagi pihak lain, perubahan ini dianggap kemunduran untuk salah satu gedung dengan arsitek terindah di dunia.
Dalam pidato mingguan, tanggal 12 Juli lalu, Paus Fransiskus mengatakan ia "sangat sedih".<
Namun bagi Yunus Genc - salat di Hagia Sophia pada Jumat (24/07) - menandai kemenangan dalam upaya puluhan tahun oleh kelompok Islamis seperti organisasi yang dia pimpin, untuk kembali menjadikan gedung kuno ini menjadi masjid.
Organisasi Genc, Anatolian Youth Association, sebelumnya melakukan berbagai protes dan menyelenggarakan salat di luar Hagia Sophia, sementara kelompok lain melakukan upaya legal untuk menjadikan museum sebagai masjid.<
"Sultan Mehmed II membeli masjid pakai uangnya sendiri"
SUMBER GAMBAR,AFP
Keterangan gambar,
Presiden Turki Erdogan dan istrinya di dalam Hagia Sophia Kamis (23/07).
President Tayyip Erdogan tanggal 10 Juli lalu menetapkan gedung yang menjadi katedral selama 900 tahun itu, sebagai masjid, setelah pengadilan membatalkan status bangunan ikonik yang ditetapkan UNESCO sebagai peninggalan bersejarah.(BBC/bh/sya)
PT. Zafa Mediatama Indonesia Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359 info@beritahukum.com