Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Internasional    
Palestina
Hamas Sebut Keputusan Yerusalem Presiden Trump akan 'Membuka Gerbang Neraka'
2017-12-07 13:54:56
 

 
PALESTINA, Berita HUKUM - Seperti sudah diduga sebelumnya, Presiden Donald Trump mengumumkan secara resmi pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan pemindahan kedutaan besar Amerika Serikat ke kota itu, Rabu (6/12).

"Hari ini Yerusalem adalah kursi bagi pemerintah modern Israel, rumah bagi parlemen Israel, Knesset, rumah bagi Mahkamah Agung," tuturnya dalam pernyataan pers di Gedung Putih.

Tak lama setelah pengumuman itu, PBB langsung mengecamnya, yang disampaikan langsung oleh Sekjen Antonio Guterres di New York.

"Dalam momen yang amat mencemaskan ini, saya ingin membuat jelas. Tidak ada alternatif bagi penyelesaian dua negara. Tidak ada rencana B."

"Saya akan menggunakan semua hal dalam wewenang saya untuk mendukung para pemimpin Israel dan Palestina kembali ke perundingan yang berarti," tegas Guterres kepada para wartawan.

Jerusalem, IsraelHak atas fotoAFP
Image captionPenentangan atas keputusan Presiden Trump sejak awal diduga akan memicu unjuk rasa.

Sedangkan kelompok militan Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza -lewat seorang pejabatnya, Ismail Ridwan- mengatakan keputusan Presiden Trump akan 'membuka gerbang neraka' bagi semua kepentingan AS di kawasan.<

Ridwan juga mendesak negara-negara Arab dan Islam memutus hubungan politik dan ekonomi dengan kedutaan besar Amerika Serikat dan mengusir duta besarnnya untuk melumpulkan keputusan itu.

Trump, Amerika SerikatHak atas fotoREUTERS
Image captionPresiden Trump memperlihatkan dokumen pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israe yang sudah ditandatanganinya.

Sementara itu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu segera mengeluarkan pernyataan yang memuji.

"Ini merupakan hari bersejarah. Kota itu sudah menjadi ibu kota Israel selama hampir 70 tahun. Yerusalem menjadi fokus dari harapan kami, mimpi kami, doa kami untuk tiga milenia. Yerusalem sudah menjadi ibu kora umat Yahudi selama 3.000 tahun."

Sebelum pengumuman Presiden Trump ini sejumlah pemimpin dunia sudah lebih dulu memperingatkan agar pemindahan ibu kota itu tidak sampai ditempuh.

Palestina, Trump, IsraelHak atas fotoEPA
Image captionSejumlah warga Palestina sudah menggela aksi unjuk rasa menentang rencana Presiden Trump memindahkan ibu kota Israel ke Yerusalem.

Paus Fransiskus mengatakan tidak bisa mendiamkan keprihatinan mendalam atas situasi yang muncul dalam beberapa hari belakangan.

"Pada saat yang sama, saya memohon dengan sangat agar semua menghormati status quo (keadaan sementara) kota itu, sejalan dengan resolusi-resolusi PBB yang relevan."

Sementara Cina dan Rusia mengungkapkan kekhawatiran bahwa langkah tersebut akan mengarah pada ketegangan di kawasan.
__________________________________________________________

Analisis Yolande Knell, wartawan BBC News di Yerusalem

Para pemimpin Israel akan melihat pengumuman Presiden Trump sebagai koreksi atas sejarah ketidakadilan.

Masalah ini sudah lama menjadi sumber rasa frustasi Israel bahwa Amerika Serikat -sekutu erat mereka- tidak memiliki kedutaan besar di Yerusalem atau secara resmi mengakui kedaulatan Israel atas kota itu, tempat duduknya pemerintahan Israel dan memiliki sejarah Yahudi selama 3.000 tahun.

YerusalemHak atas fotoAFP
Image captionYerusalem merupakan tempat situs-situs suci yang penting bagi pemeluk Yudaisme, Islam, dan Kristen.

Namun Presiden Otorita Palestina, Mahmoud Abbas -seperti para pemimpin dunia Arab lainnya- sejak awal memperingatkan bahwa keputusan memindahkan kedutaan besar akan merusak upaya perundingan damai yang ditengahi Washington untuk mencapai yang disebut sebagai 'kesepakatan akhir'.

Palestina ingin Yerusalem Timur yang diduduki itu menjadi ibu kota bagi negara masa depan mereka dan di masa lalu bahkan perubahan kecil sekalipun, khususnya di kompleks Masjid al-Aqsa yang dikenal sebagai Temple Mount, memicu kekerasan.

Dan kelompok Islam radikal, Hamas, sudah memperingatkan bahwa Amerika Serikat bisa memicu perlawanan baru Palestina dengan pemindahan kedutaan besarnya.

Kenapa status Yerusalem amat peka?

Masalah tentang status Yerusalem ini akan membawa ke akar konflik antara Israel dan Palestina, yang mendapat dukungan dari negara Arab dan umat Islam dunia.

Kota ini merupakan tempat situs-situs suci yang penting bagi pemeluk Yudaisme, Islam, dan Kristen, khususnya Yerusalem Timur.

Israel menganggap seluruh kota sebagai ibu kota yang tidak bisa dipisah-pisahkan.

Israel, yerusalem, Amerika SerikatHak atas fotoGETTY IMAGES
Image caption


Seorang petugas memasang bendera AS di tiang listrik di dekat kantor Konsulat AS di Yerusalem, Rabu (06/12).



Berdasarkan kesepakatan damai Israel-Palestina tahun 1993, status akhir atas Yerusalem akan dibahas dalam tahap perundingan lebih lanjut di kemudian hari.

Namun sejak tahun 1967, Israel sudah membangun belasan kawasan pemukiman -untuk menampung 200.000 umat Yahudi- di Yerusalem Timur. Langkah itu dianggap melanggar hukum internasional walau selalu dipersoalkan oleh Israel.

Dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, maka Amerika Serikat akan memperkuat posisi Israel bahwa pemukiman di kawasan timur kota itu merupakan komunitas Israel yang sah.

Sementara, Negara-negara Arab dan masyarakat Muslim di seantero Timur Tengah pada Rabu mengecam pengakuan Amerika Serikat atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Mereka menganggap pengakuan itu sebagai langkah yang memanas-manasi wilayah yang bergejolak. Presiden Palestina Mahmoud Abbas, dalam pidato yang direkam sebelumnya, mengatakan Yerusalem merupakan "ibu kota abadi Negara Palestina" dan bahwa langkah Trump itu sama saja dengan Amerika Serikat sedang melepaskan peranannya sebagai penengah perdamaian."

Sedangkan, protes meletus di luar Konsulat Amerika di Istanbul, Turki menyusul keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.(dbs/BCC/bh/sya)



 
   Berita Terkait > Palestina
 
  Insiden Terbunuhnya Ismail Haniyeh Perburuk Situasi Timur Tengah
  Muhammadiyah Konsisten Membela Palestina dari Dulu Hingga Kini
  Enam bulan pertikaian di Gaza dalam angka
  Israel Kembali Perangi Hamas di Gaza, Jeda Pertempuran Berakhir
  HNW: Dukungan Presiden Jokowi Terhadap Kemerdekaan Palestina, Perlu Ditindaklanjuti Dengan Konkret
 
ads1

  Berita Utama
Permohonan Praperadilan Tom Lembong Ditolak, Jampidsus Lanjutkan Penyidikan

Polri Bongkar Jaringan Clandestine Lab Narkoba di Bali, Barang Bukti Mencapai Rp 1,5 Triliun

Komisi XIII DPR Bakal Bentuk Panja Pemasyarakatan Usai 7 Tahanan Negara Kasus Narkoba Kabur dari Rutan Salemba

Pakar Hukum: Berdasarkan Aturan MK, Kepala Daerah Dua Periode Tidak Boleh Maju Lagi di Pilkada

 

ads2

  Berita Terkini
 
Permohonan Praperadilan Tom Lembong Ditolak, Jampidsus Lanjutkan Penyidikan

Hari Guru Nasional, Psikiater Mintarsih Ingatkan Pemerintah Agar Segera Sejahterakan Para Guru

Polri Bongkar Jaringan Clandestine Lab Narkoba di Bali, Barang Bukti Mencapai Rp 1,5 Triliun

Judi Haram dan Melanggar UU, PPBR Mendesak MUI Mengeluarkan Fatwa Lawan Judi

Komisi XIII DPR Bakal Bentuk Panja Pemasyarakatan Usai 7 Tahanan Negara Kasus Narkoba Kabur dari Rutan Salemba

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2