JAKARTA (BeritaHUKUM.com) – Wakil Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Tubagus Hasanuddin tidak keberatan hasil investigasi jatuhnya pesawat jenis Fokker 27-500 milik TNI AU tidaklah transparan ke publik.
Tetapi harus tranparan di lingkungan TNI. Sebab, menurut Hasanuddin, hasil investigasi nanti akan menjadi pertanggungjawaban internal TNI AU. Dan akan menjadi pertimbangan TNI AU untuk tetap menggunakan lima unit pesawat jenis Fokker lainnya atau tidak. Pasalnya, pesawat rakitan tahun 1975 itu akan diganti operasionalnya dengan jenis Cessna (CN) 295 buatan Spanyol.
“Walaupun investigasi tidak transparan ke publik, tetapi harus transparan di lingkungan TNI AU. Karena bisa sebagai bahan pertimbangan apakah masih akan dipakai lagi atau tidak, Fokker yang masih dimiliki TNI AU. Kalau tidak, kami akan minta pengiriman pesawat baru datang lebih cepat lagi," tutur Tubagus saat ditemui wartawan di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (22/6).
Lebih lanjut, Hasanuddin menjelaskan, bahwa lima unit pesawat Fokker 27-500 yang masih dimiliki oleh TNI AU masih berstatus layak terbang. Tetapi, pihaknya lebih mendukung digunakannya pesawat CN 295 yang telah dipesan dari Spanyol sebagai alat kelengkapan TNI AU.
Dan pada bulan Oktober mendatang, sedikitnya tiga unit pesawat CN 295 akan mendarat di Indonesia dan siap digunakan oleh TNI AU.” Sampai dengan 2014 nanti, diharapkan 10 unit pesawat CN 295 yang dipesan bisa rampung,” imbuh Hasanuddin.
Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsma TNI Azwan Yunus menyatakan, pihaknya tidak akan memublikasikan temuan investigasi Fokker 27. Karena, Fokker 27 merupakan pesawat militer, bukan pesawat komersial. “Sehingg bukan untuk konsumsi publik,” ujarnya saat ditemui wartawan di Pangkalan Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Dirinya menambahkan, saat ini TNI AU sudah meminta Dinas Keselamatan Terbang dan Kerja TNI AU (Dislambangjau) untuk meneliti penyebab kecelakaan itu. "Mereka nanti yang akan membentuk tim investigasi," ucap Azman.
Investigasi ini, lanjutnya, dilakukan untuk antisipasi agar kejadian serupa tidak lagi terulang. Tim nantinya akan meneliti serpihan dan potongan pesawat yang tercecer di lokasi. Potongan dan serpihan pesawat itu akan menjadi elemen penting mengungkap penyebab kecelakaan.
Biasanya, untuk meneliti penyebab kecelakaan pesawat, tim investigasi akan membuka isi kotak hitam. Namun, pesawat militer tidak memiliki kotak itu karena alasan kerahasiaan keamanan. "Hingga pukul 03.00 tadi, seluruh serpihan dan potongan pesawat sudah dievakuasi dari lokasi kejadian. Sekarang sudah bersih di lokasi," kata Azman.
Pesawat Fokker 27 milik TNI AU yang jatuh di perumahan Rajawali Halim Perdana Kusuma ternyata tidak dilengkapi kotak hitam. Investigasi kecelakaan pun hanya bersumber dari komunikasi antara Pilot dan pihak radar. Karna seluruh pesawat militer dimanapun tidak ada yang dilengkapi Alat black box.
Diberitakan sebelumnya, sebuah pesawat jenis Fokker 27 milik TNI Angkatan Udara jatuh di daerah perumahan Komplek Rajawali, Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Kamis (21/6/) siang pukul 14.30 WIB. Belum diketahui pasti apa penyebab pesawat latih itu terjatuh di pemukiman warga.
Total korban tewas yang akibat kecelakaan pesawat itu mencapai 11 orang. Jumlah itu terdiri dari 7 anggota Skuadron 2 Landasan Udara Halim Perdana Kusuma TNI Angkatan Udara, dan 4 orang lainnya adalah warga sipil yang tertimpa badan pesawat Fokker 27. (dbs/rob/spr)
|