JAKARTA, Berita HUKUM - Dinas Perhubungan DKI Jakarta telah menetapkan sejumlah jalur yang akan menjadi titik pemberlakuan aturan pembatasan kendaraan. Aturan ini akan diterapkan pada Maret 2013 mendatang.
Untuk plat ganjil diberlakukan pada hari senin, rabu dan jum'at. Sedangkan untuk plat genap diberlakukan pada hari selasa, kamis dan sabtu. Penerapan aturan ini dimulai pada pukul 06:00-20:00 WIB.
Berikut jalur-jalur yang menjadi titik pemberlakuan aturan pembatasan kendaraan ganjil maupun genap:
1. Sepanjang Blok M, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan MH Thamrin, Jalan Medan Merdeka Barat, Harmonie, Jalan Gajah Mada, Jalan Hayam Wuruk, Jalan Kalibesar Barat (Glodok), sampai dengan Stasiun Jakarta Kota (Beos).
2. Sepanjang Jalan Jenderal Gatot Soebroto mulai Slipi, Semanggi, sampai dengan Kuningan, termasuk sepanjang Jalan HR Rasuna Said.
3. Sepanjang Jalan Sultan Agung mulai Karet, Manggarai, Jalan Tambak, sampai dengan Jalan Pramuka (By-Pass).
4. Sepanjang Jalan Medan Merdeka Selatan mulai Silang Monas, Stasiun Gambir, Tugu Pak Tani, Jalan Prapatan (Kwitang), Jalan Letjend Soeprapto (Senen), Galur, sampai dengan Cempaka Putih (Cempaka Mas).
5. Sepanjang Jalan Kiyai Tapa mulai Terminal Grogol, Roxy, sampai dengan Harmonie, termasuk sepanjang Jalan KH Hasyim Ashyari (Tomang).
6. Sepanjang Jalan Gunung Sahari mulai Ancol, Mangga Dua, Senen, Jalan Kramat Raya, Salemba, Jalan Matraman, Jalan Jatinegara (Timur dan Barat), sampai dengan Terminal Kampung Melayu.
7. Sepanjang Jalan Cideng (Timur dan Barat) mulai Jalan KH Mas Manshyur (Tanah Abang), Jalan Kebon Kacang, Karet, Jalan Prof DR Satrio (Casablanca), Tebet, sampai dengan Terminal Kampung Melayu.
Di titik-titik yang telah ditentukan ini, kendaraan bernomor akhir genap dan ganjil boleh berjalan selang sehari di jalur yang ditentukan. "Aturan ini tidak berlaku pada akhir pekan dan hari libur nasional," ujar Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, Sabtu (15/12).
Sebenarnya, ada lima alasan penentuan lokasi-lokasi ini sebagai titik penerapan kebijakan pelat ganjil-genap. Menurut Pristono, alasan pertama adalah volume lalu lintas yang tinggi. Lalu lintas di sekitar wilayah ini masih banyak rute alternatif, termasuk jalan tol. Ketiga, wilayah-wilayah ini masuk kategori pusat aktivitas kota.
Pembatasan di wilayah ini juga dianggap efektif terhadap manajemen permintaan trasportasi. Terakhir, titik-titik sentral ini dibatasi aktivitas lalu lintasnya demi pemerataan pembangunan di daerah lain.(dbs/bhc/opn) |