AMERIKA SERIKAT, Berita HUKUM - Presiden AS Joe Biden berencana meningkatkan hubungan diplomatik dengan negara-negara Indo-Pasifik dan mengundang para pemimpinnya ke Gedung Putih pada akhir tahun 2022.
Kurt Campbell, Koordinator Indo-Pasifik Amerika Serikat dalam pertemuan puncak bisnis AS dan Selandia Baru mengatakan Presiden Joe Biden berencana mengundang para pemimpin Indo-Pasifik ke Gedung Putih pada akhir tahun 2022.
Rencana ini dibuat di tengah kekhawatiran yang berkembang tentang implikasi keamanan yang meningkat dari kehadiran Cina di kawasan tersebut. Campbell berbicara melalui telepon dari Washington DC dan mengatakan kepada para peserta KTT di Auckland, bahwa Amerika Serikat tidak hanya menjadi tuan rumah bagi para pemimpin Indo-Pasifik, tetapi juga ingin memperkuat hubungan diplomatik dan keterlibatan dengan negara-negara Pasifik yang tidak menerima duta besar selama beberapa dekade.
Campbell menyebut, "agar Amerika Serikat berhasil di Pasifik."
Dia mengatakan pemerintahan Biden juga akan bekerja dengan AS AID dan Korporasi Keuangan Pembangunan Internasional AS yang baru untuk mendanai proyek-proyek di wilayah tersebut, serta memulihkan tugas dan fungsi Korps Perdamaian.
Campbell mengklaim bahwa Amerika Serikat akan meningkatkan dukungannya dalam bentuk kerja sama multilateral melalui Forum Kepulauan Pasifik. Amerika Serikat lebih optimis dan positif tentang forum tersebut dan berencana menempatkan stafnya.
KEKUATAN LAUT NEGARA YANG BERTIKAI DI LAUT CINA SELATAN
Cina
Cina setidaknya memiliki satu kapal induk, yakni Liaoning, dan berniat membangun satu kapal induk lain, Warjag. Selain itu negeri tirai bambu ini juga menguasai 57 kapal selam, 78 kapal fregat dan kapal perusak , 27 korvet, 180 kapal patroli, 52 kapal pendarat dan 523 kapal penjaga pantai. Secara umum Angkatan Laut Cina memiliki 235.000 pasukan yang terbagi dalam tiga armada.
Singapura
Meski negara pulau, angkatan laut Singapura hanya memiliki 3.000 pasukan yang bertugas mengamankan wilayah perairan dari perompak. Secara umum negeri jiran ini menguasai 4 kapal selam, 6 kapal fregat dan kapal perusak, 6 kapal korvet, 29 kapal patroli dan 102 kapal penjaga pantai.
Thailand
Meski tidak terlibat konflik secara langsung, posisi Thailand turut dipertimbangkan dalam konflik Laut Cina Selatan. Beranggotakan 44.000 tentara, angkatan laut negeri gajah putih ini memiliki satu kapal induk helikopter buatan Spanyol, HTMS Chakri Naruebet, 9 kapal fregat dan perusak, 7 kapal korvet, 77 kapal patroli, 2 kapal pendarat dan 94 kapal penjaga pantai.
Filipina
Dari semua negara, angkatan laut Filipina dengan 24.000 personil termasuk yang paling lemah, terutama jika mempertimbangkan posisinya dalam konflik di Laut Cina Selatan. Jiran di utara ini hanya memiliki 4 kapal fregat buatan Amerika Serikat, 10 unit korvet yang sebagian sudah menua, 66 kapal patroli, 4 kapal pendarat dan 72 kapal penjaga pantai.
Vietnam
Vietnam banyak membenahi kekuatan angkatan lautnya sejak beberapa tahun terakhir. Kini angkatan laut Vietnam yang beranggotakan 40.000 serdadu memiliki 7 kapal selam anyar kelas Kilo buatan Rusia, 2 kapal fregat, 7 kapal korvet, 61 kapal patroli, 8 kapal pendarat tank dan 78 kapal penjaga pantai.
Indonesia
Belakangan Jakarta meningkatkan pengamanan di perairan Natuna. Saat ini Indonesia adalah kekuatan terbesar kedua setelah Cina dalam konflik di Laut Cina Selatan. TNI AL saat ini memiliki 2 kapal selam, 12 kapal fregat dan perusak, 27 korvet, 64 kapal patroli, 19 kapal pendarat tank dan 43 kapal penjaga pantai. Namun begitu usia armada laut Indonesia juga tergolong yang paling tua di kawasan.
Malaysia
Kekuatan angkatan laut Malaysia yang berkekuatan 14.000 personil hampir menyaingi Indonesia. Selain 2 kapal selam anyar buatan Spanyol, Malaysia juga memiliki 10 kapal fregat atau perusak, 4 kapal korvet buatan Jerman, 33 kapal patroli dan 317 kapal penjaga pantai. (rzn/hp - sumber: IISS, SIPRI)
Dia mengatakan bahwa Amerika Serikat berkomitmen untuk lebih banyak bekerja sama dengan negara-negara Pasifik dan akan melanjutkan keterlibatannya dengan mereka. "Saya percaya ada penerimaan bahwa tantangan yang dihadapi panggung dunia saat ini tidak begitu jauh, mereka lebih dekat dan memiliki implikasi langsung."
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern berbicara sebelumnya di konferensi dan mengatakan bahwa kawasan Indo-Pasifik mengalami lebih banyak agresi dan permusuhan, tetapi tidak menyebutkan akar masalahnya.
Ardern mengatakan bahwa dia tidak percaya ada "opsi terbuka" ketika menyangkut pengaturan keamanan Selandia Baru. "Kami adalah mitra yang kuat dan memiliki hubungan yang baik. Kami juga melihat minat yang meningkat di wilayah ini.
bh/ha (Reuters) DW.com/bh/sya) |