JAKARTA (BeritaHUKUM.com) - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kemarin, memeriksa supir Taxi Blue Bird, sebagai saksi kasus dugaan korupsi proyek PLTS di Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) RI.
Pengemudi armada taxi berpelat nomer GJ 4395 itu, bernama Semy Saeronsong. Usai diperiksa Semy mengaku ditanyaiseputar kepulangan Neneng dari Malaysia. "Kenal Ibu Neneng atau tidak. Saya tidak kenal," ungkapnya saat ditemui wartawan di depan gedung KPK, Senin (2/7).
Ia menjelaskan bahwa Neneng Sri Wahyuni baginya murni hanya penumpang biasa. Sebab, Semy mengaku tidak mengenal siapa sebenarnya wanita bercadar yang menyetop Taxinya di daerah Kemang itu. "Saya cuma bawa dari Kemang ke pejaten. Waktu itu sudah pakai cadar," kata Semy.
Dia menerangkan ketika mengemudikan Taxi di daerah Kemang, tepatnya di depan sebuah kedai kopi ternama sekitar pukul 15.00 WIB, tanggal 12 Juni itu, ada dua orang perempuan melambaikan tangan, salah satunya mengenakan cadar.
"Saya tanya mau kemana, katanya ke Pejaten. Waktu itu cuma bawa tas ransel saja. Dia bersama seorang peremuan kulit hitam, tapi gak pake jilbab," terang Semy yang kemudian mengantar sang penumpang bercadar itu sesuai tujuan.
Namun setelah sampai di rumah Neneng daerah Pejaten, saat keluar dari rumah mewah itu dirinya dicegat oleh sejumlah orang yang mengaku tim KPK. Semy mengaku ditanya mengenai siapa penumpang yang dia antar.
"Saya dicegat 20 meter setelah keluar dari rumah itu (Neneng). Ditanya saya bawa siapa. Saya bilang perempuan," kata Semy menjelaskan bahwa dia memang tidak mengenal Neneng.
Seperti diketahui Neneng Sri Wahyuni ditangkap tim KPK 12 Juni 2012 lalu saat pulang dari Kuala Lumpur, Malaysia ke Indonesia. Dalam perjalanannya dari Bandara Soekarno-Hatta ke Pejaten, Jakarta Selatan, Neneng sempat mampir di daerah Kemang dan naik Taxi ke rumahnya di Pejaten hingga akhirnya ditangkap dan pelariannya berakhir. (jpc/biz)
|