Palestina Kasus Yerusalem: Palestina Tetap Bekukan Hubungan dengan Israel 2017-07-27 08:08:39
Ribuan orang Palestina berdoa di Yerusalem Timur yang diduduki.(Foto: Istimewa)
PALESTINA, Berita HUKUM - Presiden Palestina Mahmud Abbas mengatakan, pihaknya tetap memberlakukan pembekuan hubungan dengan Israel, kendati pemindai logam di Masjid Al Aqsa sudah disingkirkan.
Pemasangan detektor logam itu memicu kemarahan warga Palestina yang menudingnya sebagai upaya Israel menguasai kawasan suci yang disengketakan itu. Terjadi sejumlah bentrokan yang berbuah sejumlah kematian.
Israel awalnya beralasan, detektor logam itu dimaksudkan untuk mencegah penyelundupan senjata ke kompleks Al Haram, namun kini memutuskan untuk menggantinya dengan alat pemeriksaan lain.
Utusan PBB untuk Timur Tengah, Nikolay Mladenov, mengatakan bahwa ketegangan harus sudah mereda sebelum salat Jumat pekan ini, kalau tidak maka sengketa akan makin meningkat jauh melampaui kota tua itu dan bisa memicu ketegangan berbagai negara lain.
Ketegangan bermula dari terbunuhnya dua petugas polisi Israel pada 14 Juli lalu di kawasan yang dikenal dengan nama Temple Mount bagi Yahudi dan Haram al-Sharif (Kompleks al-Haram) bagi Muslim.
Israel lalu menutup kawasan itu selama dua hari, dan dibuka lagi setelah detektor-detektor logam dipasang di gerbang-gerbang masuk, memicu boikot massal warga Palestina, yang ditandai dengan dilakukannya salat di jalanan-jalanan di luar kawasan kota tua.
Dalam berbagai aksi unjuk rasa di hari-hari berikutnya, empat warga sipil Palestina terbunuh dalam bentrokan dengan pasukan Israel di Yerusalem Timur dan kawasan pendudukan Tepi Barat, sementara tiga warga sipil Israel tewas ditikam oleh seorang Palestina yang mengaku melakukannya sebagai pembalasan atas langkah-langkah keamanan Israel.
Di tengah kecemasan internasional, kantor PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa kabinet bidang keamanan menerima "rekomendasi dari semua badan keamanan untuk mengganti pemeriksaan menggunakan detektor logam menjadi pemeriksaan menggunakan teknologi canggih dan cara lainnya."
Langkah-langkah pengaman baru itu akan tuntas dalam tempo enam bulan, dan sebelumnya pengamanan akan ditangani dengan pengerahan polisi tambahan, tambah kantor PM Israel pula.
Sekitar 100 juta shekel (Rp374 miliar) dialokasikan untuk membiayai peralatan baru dan tambahan petugas polisi, kata pernyataan itu.
Namun Presiden Palestina Mahmud Abbas dan para ulama Palestina yang mengelola kawasan itu menganggap langkah itu tidak cukup dan menuntut agar prosedur pengamanan dipulihkan seperti sebelum terjadinya serangan hampir dua pekan lalu.
Menurut Mahmud Abbas, hal ini penting, "agar semuanya kembali normal di Yerusalem dan kita bisa kembali menjalankan tugas kita terkait hubungan kedua bilateral."
Badan Wakaf yang pengelola Al Haram mengatakan para jemaah Palestina akan meneruskan boikot mereka dan melakukan salat di jalanan di luar kawasan itu.
Kompleks al-Haram atau Temple Mount di Kota Tua Yerusalem merupakan kawasan suci bagi kaum Yahudi dan Muslim. Yahudi mengagungkan kawasan itu sebagai lokasi dua kuil yang disebut dalam injil dan sebagai tempat paling suci menurut agama Judaisme. Ia juga merupakan kompleks masjid al-Aqsa, tempat suci ketiga dalam Islam.
Kawasan yang terletak di Yerusalem Timur itu telah diduduki Israel sejak perang di Timur Tengah pada 1967.(BBC/bh/sya)
PT. Zafa Mediatama Indonesia Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359 info@beritahukum.com