JAKARTA, Berita HUKUM - Dua punggawa Partai Nasdem Surya Paloh dan Hary Tanoesoedibjo pecah kongsi. Perselisihan keduanya, kabarnya, dipicu oleh kekhawatiran Paloh kalah pengaruh dari Hary yang punya hubungan lebih akrab dengan para pengurus partai.
Penyebab lainnya, bos MNC Group itu merasa terbebani karena pembiayaan partai sebagian besarnya ditanggung oleh dirinya.
Bagi pengamat politik senior Arbi Sanit, pecah kongsi antara Paloh dan Hary sangatlah menyedihkan. Apalagi sampai muncul ancaman dari Hary akan pindah ke partai lain. Sebagai partai baru seharusnya Partai Nasdem terhindar dari perpecahan.
"Tidak wajar perpecahan terjadi di partai yang baru didirikan. Itu membuktikan keceredasan politik keduanya masih kurang. Kalau kecerdasannya tinggi, apapun pasti bisa dicari jalan keluarnya," kata dia di Jakarta kepada Rakyat Merdeka Online, Rabu (5/11).
Keluhan Hary Tanoe bahwa dirinya hanya dimanfaatkan, menurut Arbi, tidaklah pas. Sebab nyatanya dunia politik memang kental dengan pertarungan saling memanfaatkan dan dimanfaatkan.
"Kalau tidak mau dimanfaatkan jangan masuk politik. Bukannya itu sama dengan bisnis, ada yang dimanfaatkan dan memanfaatkan," ucapnya.
Bagi Arbi, perpecahan serius yang terjadi antara Paloh dan Hary yang merupakan tulang punggung Partai Nasdem membuktikan bahwa partai yang mengklaim mengusung agenda restorasi itu tidak punya masa depan.
"Sekarang yang dilihat orang dari Partai Nasdem ya Surya Paloh dan Hary Tanoe. Kalau pecah tamatlah riwayat," tandasnya, Demikian seperti yang dikutip dari rmol.co, pada Rabu (5/12).(dem/rmo/bhc/opn) |