JAKARTA, Berita HUKUM - Kemarau basah diperkirakan terjadi akibat peningkatan curah hujan di sebagian wilayah tanah air, khususnya Jawa dan Sumatera, mulai dari pertengahan Mei hingga akhir Agustus tahun ini.
“Terjadi anomali suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia antara 0,5 sampai 2,0 C lebih tinggi dibandingkan normalnya 28,5 sampai 29,5 C, sehingga memberikan potensi penguapan yang lebih besar dan muncu pola tekanan rendah di selatan Jawa yang menyebabkan penumpukan massa uap air dan peningkatan curah hujan,” kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sri Woro B Harijono, dalam acara jumpa pers di kantornya, Jakarta, Rabu (5/6).
Selain itu, angin dari timur yang biasanya kuat pada musim kemarau, melemah, karena adanya hambatan angin dari barat yakni Samudera Hindia yang melintas di atas wilayah Indonesia bagian selatan ekuator. Ini menyebabkan peningkatan curah hujan di sepanjang pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan, dan sebagian Maluku.
Berdasarkan hasil analisis hingga akhir Mei, beberapa wilayah sudah memasuki musim kemarau. Tetapi, sejumlah daerah kembali terjadi peningkatan curah hujan seperti sebagian Lampung dan Jawa sebagian kecil.
Sedangkan masyarakat di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan sebagian Sulawesi, diminta mengantisipasi terhadap situasi curah hujan lebat.(dry/ipb/bhc/rby) |