JAKARTA, Berita HUKUM – Penerbit Konstitusi Press (Konspress) menyelenggarakan acara peluncuran buku bigrafi Mahfud MD, ‘Terrus Mengalir’ di Aula lantai dasar, Gedung Mahkamah Konstitusi( MK), Senin (04/03). Acara dirangkai dengan diskusi Buku Biografi Mahfud MD, Terus Mengalir, dipandu oleh presenter televisi senior Rosiana Silalahi, dengan nara sumber Dr.Ir.Pramono Anung Wibowo,MM, Prof.Dr H.M. Laica Marzuki, SH, Emha Ainun Nadjib dan Prof Hikmanto Juwana, SH,LLM,Ph.D.
Penulis buku Biografi Mahfud MD, Terus Mengalir adalah Rita Triana Budiarti, seorang wartawati senior. Buku yang mengupas perjalanan hidup Mahfud MD ini disiapkan kurang lebih selama lima bulan. Buku ini berasal dari hasil wawancara intensif dengan Mahfud MD dan setumpul kliping berita tentang kiprah Mahfud MD sejak masih menjadi akademisi yang kritis, menteri pertahanan, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), hingga Mahfud menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi (MK). Buku literatur hukum maupun buku populer yang Mahfud tulis jug amelengkapi sumber pembuatan buku ini.
Dalam buku biografi tersebut terangkum kisah hidup dari sosok Mahfud MD sejak masa kecil, hingga tumbuh dewasa di Yogyakarta yang mengantarnya menjadi dosen hingga mencapai karier tertinggi akademik dalam waktu cepat. Jika mengacu pada trias politica yang dicetuskan oleh John Locke, Mahfud MD merupakan sosok yang ‘lengkap’, yang pernah mengisi semua posis dalam cabang-cabang kekuasaan. Di cabang eksekutif, ia pernah menjadi menteri pertahanan. Di cabang legislatif, ia pernah menjadi anggota DPR. Kemudian di cabang yudikatif, ia menjadi Ketua MK.
Semua jabatan itu tentu tidak diraih dengan kebetulan. Pada mulanya, Mahfud MD adalah seorang dosen di perguruan tinggi swasta di Yogyakarta, jauh dari hiruk pikuk Jakarta. Ia sama sekali tidak pernah bermimpi menjadi menteri karen aia tak punya lobi dan upeti. Tetapi, Mahfud MD mengalir bagai air. Prestasinya berbicara sendiri sehingga Gus Dur mampu melihat kekuatan karakter dan keilmuan Mahfud MD yang tak dimiliki oleh sosok lain. Gus Dur tak keliru, karena sejak saat itu Mahfud MD muncul sebagai sosok yang diperhitungkan dalam peta politik di Indonesia hingga kini.
Melawan ketidakadilan adalah benang merah perjalanan hidupnya yang terangkum juga dalam buku ini. Semenjak kecil, ia sudah menympan ‘luka’ politik ketika ayahnya ditahan gara-gara memilih Naddlatul Ulama (NU) dalam pemilu. Pilihannya pada dunia hukum pun didasari harapan agar hukum bisa menciptakan keadilan. Tak banyak yang tahu, sosok pendobrak ini sebenarnya adalah seorang pemalu. Trelahir dari kultur NU dan tumbuh di lingkungan Muhamadiyah membentuknya sebagai sosok yang unik dan komplet hingga saat ini.
Hadirnya buku ini merupakan jawaban kebutuhan terhadap buku tentang Mahfud MD yang memiliki informasi lebih lengkap dan utuh. Tidak hanya menampilkan potongan hidupnya, buku ini mengenalkan juga kepada masyarakat model pejabat ‘jenis baru’ dan Mahfud MD sebagai pribadi dengan segala persoalannya sebagai seorang manusia.
Peluncuran buku biografi "Mahfud MD, Terus Mengalir" terasa kental dengan nuansa pencalonan presiden terhadap ketua Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut.
Hal tersebut bisa dilihat ketika empat pengulas buku biografi itu, tak satu pun yang tidak menyinggung soal pencalonan presiden (pencapresan) Mahfud MD. Bahkan, budayawan Emha Ainun Nadjib secara blak-blakan mengungkapkan bahwa Mahfud-lah sosok yang pantas menjadi capres dengan masalah bangsa yang makin kompleks ini.
"Kalau tidak ada perubahan signifikan, ya, pilihannya (Mahfud MD) jadi Presiden," kata Emha, di aula Gedung MK, Jakarta, Senin (4/3).
Menurut Emha, Mahfud dikenal berpengalamam di tiga pos kekuasaan, yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif. Sementara sebagai hakim MK, dalam memutuskan perkara keadilan pun, Mahfud dianggap mumpuni.
Sementara itu, Laica Marzuki yang merupakan mantan hakim konstitusi, juga menilai Mahfud sebagai sosok yang sering melakukan terobosan dalam keputusannya. Yang utama menurutnya, sejak mengenal Mahfud, dirinya mengetahui sosok koordinator KAHMI tersebut tidak pendendam.
Dua pembicara lainnya yaitu Pramono Anung dan Hikmahanto Juwana, juga tak lepas mengupas sisi-sisi positif Mahfud yang menurut mereka layak dibicarakan.
"Banyak kontradiksi. Bagaimana Pak Mahfud tidak suka pada tentara waktu masa kecil, tapi ketika TNI ditembak GAM, Pak Mahfud pertama kali yang bersuara," kata Hikmahanto pula.
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Taufiq Kiemas pun, secara pribadi menunjukkan dukungannya jika Mahfud maju menjadi kandidat RI-1 pada Pemilu tahun depan. Begitu pula dengan tokoh lain yang hadir, seperti Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, yang kepada wartawan mengatakan bahwa dia dan kalangannya hanya menjagokan Mahfud sebagai capres.
Penrbit Konpres adalah salah satu unit usaha Koperasi Konstitusi yang bergerak di bidang perbukuan (penerbitan dan perdagangan) setelah melalui masa vakum beberapa waktu lamanya telah kembali menciptakan karya-karya berkualitas di bidang hukum dan konstitusi sebagai buah karya yang dipersembahkan untuk bangsa ini. (bhc/rat).
|