Ketika berbicara pada acara Sarapan Pagi Doa Nasional di" /> BeritaHUKUM.com
Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Internasional    
Cina
Media Massa Cina Anggap AS Pembuat Keonaran
Sunday 08 Feb 2015 23:24:24
 

Barack Obama melambaikan tangan kepada Dalai Lama yang dilihatnya berada di antara hadirin acara Sarapan Pagi Doa Nasional di Washington, Kamis (5/2). Dalai Lama membalas melambaikan tangan kepada Presiden Obama duduk di meja utama dalam acara Sarapan Pagi Doa Nasional di Washington.(Foto: twitter)
 
CINA, Berita HUKUM - Media massa Cina mengkritik Amerika Serikat sebagai "pembuat keonaran" setelah Presiden Barack Obama bertemu dengan pemimpin spiritual Tibet yang berada dalam pengasingan Dalai Lama dan menyebutnya sebagai "teman baik".

Ketika berbicara pada acara Sarapan Pagi Doa Nasional di Gedung Putih, dengan keberadaan Dalai Lama di antara hadirin, Obama mengatakan pemimpin agama Buddha Tibet itu merupakan sumber inspirasi bagi kebebasan dan martabat umat manusia.

Cina merasa keberatan atas pertemuan para pemimpin asing dengan Dalai Lama karena memandang Dalai Lama sebagai separatis.

"Mungkin memang ada apa yang mereka sebut sebagai persahabatan antara Obama dan Dalai Lama sebagai individu... Namun apa yang ada di balik hubungan yang munafik ini adalah kesepakatan politik dan kalkulasi yang dilakukan dengan darah dingin," kata kantor berita Xinhua.

Masih dengan pandangan yang sama, sebuah komentar Xinhua lainnya menggambarkan AS sebagai "pembuat keonaran".
"AS ingin menggunakan isu Dalai Lama dan Tibet untuk menimbulkan masalah bagi Cina," kata artikel itu dengan menambahkan bahwa "ketulusan Washington" dalam membangun ikatan yang lebih kuat dengan Beijing perlu "diragukan".

Sebuah opini yang dimuat di portal berita China Net menganggap Obama "tidak bertobat" mengenai pertemuannya dengan pemimpin spiritual Tibet dan memperingatkan presiden AS untuk tidak "menanamkan bom berbahaya" dalam hubungan bilateral.(BBC/BH/sya)



 
   Berita Terkait > Cina
 
  Wakil Ketua MPR, Syarief Hasan: Perlu Antisipasi dan Mitigasi Lonjakan Wisatawan Cina
  Ketika Negara-negara Eropa Menghadapi Jebakan Utang' China
  Pertumbuhan Ekonomi Cina Melambat Akibat Pandemi Corona Hingga Utang
  Topan In-fa Melintasi Cina Puluhan Orang Tewas, Shanghai Dilanda Banjir Besar
  Tren 'Kaum Rebahan' Melanda Anak-anak Muda China yang Merasa Lelah Budaya Kerja Keras Tapi Gaji Pas-pasan
 
ads1

  Berita Utama
5 dari 6 Orang Terjaring OTT KPK Ditetapkan Tersangka Kasus Proyek Jalan di Sumatera Utara

Pengurus Partai Ummat Yogyakarta Buang Kartu Anggota ke Tong Sampah

Kreditur Kondotel D'Luxor Bali Merasa Ditipu Developer PT MAS, Tuntut Kembalikan Uang

Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

 

ads2

  Berita Terkini
 
Psikiater Mintarsih Ungkap Kalau Pulau Dijual, Masyarakat akan Tambah Miskin

5 dari 6 Orang Terjaring OTT KPK Ditetapkan Tersangka Kasus Proyek Jalan di Sumatera Utara

Psikiater Mintarsih: Masyarakat Pertanyakan Sanksi Akibat Gaduh Soal 4 Pulau

Terbukti Bersalah, Mantan Pejabat MA Zarof Ricar Divonis 16 Tahun Penjara

Alexandre Rottie Buron 8 Tahun Terpidana Kasus Pencabulan Anak Ditangkap

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2