PEKANBARU, Berita HUKUM - Walhi Riau dan Jikalahari taja aksi “Mengusir Asap Malaysia dari Indonesia” di depan pintu gerbang konsulat Malaysia di jalan Sudirman, Pekanbaru, Riau. Aksi ini mendesak Pemerintah Malaysia meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia atas kebakaran lahan dan hutan yang terjadi di Riau kurun sepuluh tahun terakhir.
“Presiden SBY meminta maaf tahun lalu bentuk penghinaan bagi lingkungan hidup Indonesia, faktanya perusahaan Malaysialah yang telah membakar lahan di Riau rakyat Riau terkena dampak kabut asap sepanjang tahun 2013 hingga 2014,” kata Riko Kurniawan, Direktur Eksekutif Walhi Riau, Selasa (11/2) lalu.
Fenomena kebakaran lahan dan hutan terjadi tiap tahun di Riau, karena salah satu perusahaan asal Malaysia PT Adei Plantation and Industry membakar lahan untuk perkebunan sawit seluas 540 hektar di Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau tahun 2013 lalu. “Malaysia harus mengusir PT Adei dari Indonesia sebagai bentuk ikut menyelamatkan lingkungan hidup Indonesia,” kata Riko Kurniawan.
Jikalahari memberi apresiasi kepada Polda Riau karena telah menetapkan Danesuvran KR Singam dan PT Adei diwakili Tan Kei Yoong (Direktur) tersangka pembakar lahan di Riau tahun lalu. Sejak Januari 2014, dua terdakwa tersebut sedang diperiksa oleh hakim di PN Pelalawan. Berbarengan dengan aksi hari ini, sidang lanjutan terdakwa PT Adei memasuki sidang keenam dengan agenda lanjutan pemeriksaan saksi. “Ini bukti penegak hukum dan pemerintah Indonesia masih punya keberpihakan pada hutan dan lingkungan hidup,” kata Muslim Rasyid, Koordinator Jikalahari.
Meski PT Adei sedang diperiksa oleh Pengadilan Negeri Pelalawan, Jikalahari dan Walhi Riau mengajak masyarakat Riau ikut memantau proses peradilan tersebut,” tanpa publik terlibat memantau kasus tersebut potensi mafia peradilan terbuka lebar,” kata Muslim.
Sebab, PT Adei tahun 2003 pernah dinyatakan bersalah oleh pengadilan Negeri Bangkinang dan Pengadilan menetapkan manajer mereka Mr Goby dipenjara 4 tahun. Tetapi MR Goby tidak.(wlh/bhc/sya) |