JAKARTA, Berita HUKUM - Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro menyebutkan, realisasi foreign direct investment (FDI) dari China ke Indonesia relatif masih rendah dibanding negara lain, seperti Jepang.
Justru selama ini, China kebanyakan ngomong komitmen tapi realisasi untuk mengucurkan investasinya sangat rendah. Masih kalah dibanding negara seperti Jepang, Taiwan, Singapura, atau Amerika Serikat (AS).
"Dari 100 persen komitmen, hanya 10 persen yang terealisasi. Jadi keinginan mereka untuk berinvestasi di sini sangat rendah. Hanya banyak komitmen, tapi realisasinys masih sedikit," tandas Menkeu di Jakarta, Rabu (27/1) lalu.
Menurutnya, saat ini menjadi tantangan pemerintah untuk mendorong investor China mau berinvestasi di Indonesia. Pasalnya selama ini dalam neraca perdagangan Indonesia, lebih banyak impor dari pada ekspor ke China.
"Bagaimana kami bisa membuat komitmen investasi dari China menjadi realisasi. Di BKPM ada data soal rasio realisasi berbanding komitmen. China sangat parah," kata dia.
Sejauh jni, kata dia, investor yang paling besar. Mencapai 40-50 persen dari komitmen yang sudah disepakati. Namun meski begitu, dia lihat, investor tetap potensial untuk didatangkan ke Indonesia meskipun pertumbuhan negaranya sedang melambat.
"Jadi strategi kami harus bergeser dari trading ke investment. Bagaimana pemerintah menarik FDI dari China," katanya.
Langkah itu penting mengingat dari sisi perdagangan, ekspor Indonesia ke China masih kalah dibanding impornya. "Saat pertumbuhan ekonomi mereka baik, permintaan ekspor banyak. Tapi saat ini kita ubah untuk investasi. Mereka benar terus impor ke kita, mestinya kita juga espor banyak (ke China)," tegas Bambang.
Sementara, terkait Menkeu Bambang Brodjonegoro yang mengatakan, investasi Cina tidak sesuai menandakan ia sedang membongkar kebohongan Presiden Jokowi.
"Kalau sampai Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan investasi Cina tidak sesuai dan masih rendah dengan Jepang, menandakan ia membongkar kebohongan Presiden Jokowi," kata pengamat politik Muslim Arbi kepada intelijen, Rabu (27/1).
Kata Muslim, selama ini, Presiden Jokowi dalam berbagai kesempatan selalu mengatakan, Cina telah menginvestikan di Indonesia dalam jumlah besar. "Tetapi dengan pernyataan Menkeu ini membuktikan Jokowi hanya pandai retorika dan meninabobokan rakyat dengan gaya populisnya tetapi penuh tipu daya," papar Muslim.
Muslim meminta rakyat agar lebih jeli melihat ekonomi Indonesia di era Presiden Jokowi. "Rakyat jangan terpengaruh gaya merakyat Jokowi, tetapi banyak kebijakan yang tidak pro rakyat," jelas Muslim.(aktual/ArbieMarwan/intelijen/bh/sya) |