Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Cyber Crime    
Cyber Crime
Militer AS Khawatirkan Serangan Cyber
Thursday 01 Dec 2011 21:26:45
 

Kepala Staff Angkatan Bersenjata AS, Jenderal Martin Dempsey (Foto: Islamtimes.org)
 
LONDON (BeritaHUKUM.com) – Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Martin Dempsey memperingatkan bahwa Amerika Serikat rentan dari serangan kejahatan cyber. Ia pun menyerukan tindakan yang lebih agresif untuk melindungi pertahanan online AS.

Pernyataan ini adalah komentar terbaru dari rangkaian peringatan para pejabat militer AS sebelumnya yang melihat keamanan cyber sebagai titik perhatian utama. Apalagi Pentagon menolak menaikkan anggaran.

"Kami kehilangan banyak hak kekayaan intelektual. Kami diserang setiap hari. Dan ini membutuhkan pendekatan pemerintah yang menyeluruh," kata Dempsey kepada sebuah forum di London dalam pidato di London, Inggris, eperti dikutip smh.com.au, Kamis (1/12).

Sebuah laporan yang dirilis intelijen AS pada akhir November, mengidentifikasi Cina dan Russia sebagai negara-negara yang paling aktif dan getol menggunakan spionase cyber, guna mencuri rahasia dagang dan teknologi AS. Namun pencurian data hanyalah satu dari sekian keprihatinan.

Para pejabat AS telah meningkatkan peringatan mereka mengenai kemungkinan serangan cyber destruktif setelah virus komputer Stuxnet muncul pada 2010. Stuxnet diyakini telah melumpuhkan sentrifugal yang digunakan Iran, guna memperkaya uranium untuk apa yang dituduh AS dan sejumlah negara Eropa sebagai program pengembangan senjata nuklir secara terselubung.

"Kami tidak kebal dari pemaksaan di cyber. Dan kami harus memburunya. Kami tengah melakukannya. Tapi menurut pandangan saya, AS perlu bekerja lebih keras lagi untuk mengamankan fasilitas keamanan pertahanan dari serangan itu," kata Dempsey.

Serangan-serangan terbaru terhadap perusahaan-perusahaan AS seperti Google Inc, bursa saham Nasdaq, Lockheed Martin Corp, dan RSA (divisi keamanan jaringan dari EMC Corp), telah memberi alasan bagi pemerintah dan militer AS untuk memperbarui rasa kemendesakan mengenai mengatasi ancaman terhadap jejaring-jejaring komputer AS.(smh/sya)




 
   Berita Terkait > Cyber Crime
 
  Website Diretas, Puan Maharani Minta BSSN Berbenah Diri
  Jerman Mulai Selidiki Dugaan Serangan Siber oleh Rusia
  2 Pelaku Tindak Pidana Peretasan Situs Sekretariat Kabinet Ditangkap Bareskrim Polri
  Biro Paminal Divpropam Susun SOP Patroli Siber, Pengamat Intelijen: Upaya Menuju Polri Presisi
  Deteksi Dini Kejahatan Siber, Baintelkam Polri - XL Axiata Tingkatkan Sinergitas
 
ads1

  Berita Utama
Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

Istana Dukung Kejagung Bersih-bersih di Pertamina: Akan Ada Kekagetan

Megawati Soekarnoputri: Kepala Daerah dari PDI Perjuangan Tunda Dulu Retreat di Magelang

Usai Resmi Ditahan, Hasto Minta KPK Periksa Keluarga Jokowi

 

ads2

  Berita Terkini
 
BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

10 Ribu Buruh Sritex Kena PHK, Mintarsih Ungkap Mental Masyarakat Terguncang

Anak 'Crazy Rich' Alam Sutera Pelaku Penganiayaan, Sudah Tersangka Tapi Belum Ditahan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2