YOGYAKARTA, Berita HUKUM - Sebanyak 120 mahasiswa asing Universitas Gadjah Mada mengikuti masa orientasi pengenalan kampus dengan bersepeda di sekeliling kampus, Rabu (18/2). Pengenalan layanan sepeda kampus ini dimaksudkan agar mahasiswa asing mengetahui fungsi layanan sepeda kampus dan beberapa lokasi stasiun sepeda sehingga nantinya bisa menunjang kegiatan perkuliahan. Mahasiswa asing yang mengikuti masa orientasi ini berasal dari berbagai negara diantaranya Australia, Jerman, Jepang, Korea, Republik Ceko, Brasil, Selandia Baru, Perancis, Belanda, Thailand, Norwegia, Pakistan dan Srilangka.
Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) UGM, I Made Andi Arsana, Ph.D., mengatakan mahasiswa asing yang mengikuti masa orientasi ini, terdiri dari mahasiswa yang mengikuti program pertukaran pelajar, program kursus singkat, dan mahasiswa yang menempuh secara penuh pendidikan sarjana dan pascasarjana di UGM. “Selain bersepeda, mereka juga dikenalkan tentang nilai-nilai ke-UGM-an dan cara pengurusan keperluan administrasi di kantor urusan internasional,” katanya.
Dikatakan Andi, mahasiswa asing ini juga dikenalkan tentang adab, sopan santun dan tata krama yang berlaku di kalangan masyarakat Yogyakarta. Pengenalan tentang ini, kata Andi, mahasiswa mendapatkan langung dari pengalaman mahasiswa asing yang sudah lebih dulu tinggal di Yogyakarta.
Miriama Ditikau Ketedromo, mahasiswa asal Republik Fiji berbagi pengalamannya pada peserta orientasi mahasiswa internasional UGM ini. Miriama bercerita dirinya sudah 3 tahun tinggal di Yogyaarta yang kini tengah menempuh pendidikan master di prodi ekonomi pertanian, Fakultas Pertanian UGM. Bagi Miriama, kampus UGM adalah miniaturnya Indonesia karena terdapat mahasiswa dari berbagai daerah mulai dari Aceh hingga Papua. “Mahasiswa UGM itu sangat banyak, apalagi lulusannya. Kalo kamu tahu, Pak Jokowi itu adalah adalah alumnus dari kampus ini,” kata Miriama menerangkan nama Presiden Ir. Jokowi Widodo yang alumni Fakultas Kehutanan tersebut.
Sebagai universitas terbesar di Indonesia, kata Miriama, UGM berada di Daearh Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai daerah dengan biaya hidup paling rendah se-Indonesia sehingga membantu mengurangi beban keuangan mahasiswa . “Untuk kuliner, sewa rumah sampai wisata saya rasa termasuk paling murah,” katanya.
Seraya menyebutkan daerah destinasi wisata seperti pantai parangtritis, candi prambanan, candi birobudur dan Gunung Merapi, Wanita yang berumur 26 tahun mengatakan, setiap pendatang yang menetap dan tinggal di Yogyakarta harus terbiasa bersikap ramah pada orang.
Namun demikian, Miriama memberikan pesan khusus pada peserta apabila mereka hendak menyebrang jalan di zebra crosshendaklah memberi tanda dengan cara mengangkat tangan pada kendaraan yang akan lewat. “Tidak seperti di negara anda, di sini kendaraan tidak akan berhenti kalau tidak seperti itu,” pungkasnya.(UGM/GustiGrehenson/bhc/sya) |