Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Internasional    
Sengketa Pulau
PM Jepang: Investasi Kami Diganggu, China Ikut Rugi
Tuesday 25 Sep 2012 15:12:12
 

Perdana Menteri Jepang, Yoshihiko Noda (Foto; Ist)
 
JEPANG, Berita HUKUM - Perdana Menteri Jepang, Yoshihiko Noda, mengatakan rangkaian aksi protes yang dicemari kekerasan atas kepentingan bisnis asal negaranya di China justru bisa menjadi bumerang bagi Tiongkok, karena akan membuat takut para investor asing. Rangkaian aksi protes bercampur kekerasan itu terkait pertikaian China dan Jepang dalam memperembutkan gugusan pulau di Laut China Timur.

"China harus membangun lewat berbagai investasi asing yang masuk", kata Noda dalam wawancara yang diterbitkan harian The Wall Street Journal Minggu kemarin. "Tindakan apapun yang menghalangi investasi itu bakal merugikan", lanjut Noda, dalam wawancara yang dikutip kantor berita Reuters itu.

Sementara itu, kantor berita pemerintah China, Xinhua, Minggu kemarin melaporkan bahwa pemerintah mereka menunda acara 40 Tahun Normalisasi Hubungan dengan Jepang. PM Noda pun mengungkapkan bahwa akhir - akhir ini pengurusan cukai dan visa untuk produk dan warga Jepang di China dipersulit.

Bagi Noda, memburuknya hubungan Jepang dan China pada akhirnya turut merugikan ekonomi global. Pasalnya, kedua negara itu kini dikenal sebagai kekuatan-kekuatan ekonomi utama dari Asia.

Kedua negara tengah bersitegang terkait kepemilikan gugusan pulau di Laut China Timur. Pada 11 September 2012, pemerintah Jepang membeli kepulauan itu dari pihak sipil.

Kumpulan pulau tak berpenghuni di Laut China Timur itu, yang dibeli Tokyo dari pihak swasta --yang juga warga Jepang, bernama Senkaku. Bagi China, kepulauan itu mereka sebut Diaoyu.

Keputusan Tokyo itu memancing sentimen anti Jepang di China selama berhari - hari. Bahkan selama 17 - 18 September 2012, perusahaan - perusahaan Jepang di China menutup pabrik akibat sentimen emosional itu.

Hubungan dagang kedua negara yang bertetangga itu selama ini menghasilkan omset yang sangat besar. Menurut angka yang dikutip Reuters, volume perdagangan China dan Jepang tahun lalu saja sebesar US$ 345 miliar, atau sekitar Rp 3.307 triliun.

Investasi Jepang di China pun tergolong besar. Menurut data dari harian China Daily, pada akhir Juni 2012, investasi Jepang di China sebesar US$ 83,97 miliar. Investasi China di Jepang sebesar US$1,03 miliar.(umi/vvn/bhc/rby)



 
   Berita Terkait >
 
 
 
ads1

  Berita Utama
5 dari 6 Orang Terjaring OTT KPK Ditetapkan Tersangka Kasus Proyek Jalan di Sumatera Utara

Pengurus Partai Ummat Yogyakarta Buang Kartu Anggota ke Tong Sampah

Kreditur Kondotel D'Luxor Bali Merasa Ditipu Developer PT MAS, Tuntut Kembalikan Uang

Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

 

ads2

  Berita Terkini
 
Psikiater Mintarsih Ungkap Kalau Pulau Dijual, Masyarakat akan Tambah Miskin

5 dari 6 Orang Terjaring OTT KPK Ditetapkan Tersangka Kasus Proyek Jalan di Sumatera Utara

Psikiater Mintarsih: Masyarakat Pertanyakan Sanksi Akibat Gaduh Soal 4 Pulau

Terbukti Bersalah, Mantan Pejabat MA Zarof Ricar Divonis 16 Tahun Penjara

Alexandre Rottie Buron 8 Tahun Terpidana Kasus Pencabulan Anak Ditangkap

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2