Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Gaya Hidup    
Slank
Panggung Jazz Tak Lagi Milik Orang Kota
Sunday 17 Nov 2013 12:01:44
 

Gita Wirjawan mendukung para musisi hebat di acara @jakbluesfest. Pembajakan adalah virus bagi musisi-musisi hebat seperti Slank.(Foto: GWirjawan)
 
YOGYAKARTA, Berita HUKUM - Hujan yang mengguyur langit Yogyakarta sejak sore, tak menyurutkan langkah kaki menuju Desa Wisata Sidoakur, Godean, Sleman, Sabtu (16/11). Perhelatan internasional, Ngayogjazz 2013 digelar di sebuah kampung yang di kelilingi persawahan.

Sejak empat tahun silam, komunitas jazz di Jogja berusaha mengubah image jika musik yang dikenal di kalangan menengah atas, menjadi musik yang lebih universal dan bisa menjangkau semua kalangan. Salah satunya adalah mengubah tempat perhelatan dari kota ke desa. Perlahan musik jazz pun mulai merambah kampung dan desa. Bahkan peminatnya jadi tidak lagi hanya mereka yang berada di kota, bahkan warga desa juga dapat menikmati alunan saxophone, flute dan bas serta suara merdu penyayi jazz dari lokal, nasional hingga internasional.

Tahun ini Ngayogjazz yang mengambil tema 'Rukun Agawe Ngejazz' diharapkan akan semakin menjadi milik semua kalangan. Sejumlah musisi dalam dan luar negeri pun turut ambil bagian dalam acara yang berlangsung satu hari ini.

Diawali dengan pembukaan di Panggung Sayuk Ruku, suasana ceria dari alunan musik Kirana Bigband dan dagelan-dagelan yang dilontarkan oleh Alit Jabangbayi, Santi Zaidan dan Lusy Laksita semakin mengobarkan semangat. Tak hanya kawula muda saja, orang tua dan anak-anak juga terlihat tetap semarak memadati pelataran panggung sayuk rukun walau gerimis datang.

Pembukaan Ngayogjazz 2013 pun mengusung hal yang unik. Kali ini pejabat yang hadir adalah tokoh legendaris dari pantai utara Jawa, Arya Penangsang. Tokoh yang dikenal sebagai Bupati Jipang Panolan dan memerintah pada pertengahan abad ke-16 ini ditunjuk untuk membuka Ngayogjazz 2013.

Simbolisasi Arya Penangsang dan kudanya yang bernama Gagak Rimang sebagai simbol perlawanan diibaratkan seperti musik jazz yang pada awalnya adalah musik perlawanan. Pembukaan Ngayogjazz 2013 diakhiri dengan tembang gugur gunung yang dinyanyikan bersama-sama oleh semua yang hadir di panggung Sayuk Rukun.

Hujan terus mengguyur, namun semakin malam pengujung terus memenuhi lima panggung yang disiapkan. Tiap titik lokasi panggung berputar mengelilingi kampung yang bisa dijangkau melewati gang sempit dengan jarak masing-masing sekitar 100 meter. Yakni panggung Sayuk Rukun sebagai panggung utama berada di tengah perkampungan, Srawung ada di utara, Guyub ada di timur, Wawuh ada di selatan dan Stage Tradisional ada di sisi barat kampung.

Alunan musik dan suara merdu para pengisi acara mampu memecah kesunyian desa. Apalagi saat gitaris jazz senior Julius Sjoerd Pattiselanno atau biasa dipanggil Oele Patiselanno tampil di panggung Guyub. Pendiri Yayasan Jazz Indonesia kelahiran 22 April 1946 ini tampil dengan aksi gitarnya di tengah perkampungan Sidoakur, dengan disambut meriah oleh para penggemar musik jazz.

Semakin malam suasana di Desa Wisata Sidoukur semakin meriah, penampilan peniup terompet dari Prancis, Eropa Erik Truffaz semakin membius para penikmat musik yang mulai merambah desa dan kampung.

Selain Erik, ada sejumlah musikus jazz dunia yang akan tampil antara lain, Brink Man Ship (Swiss), Jerry Pellegrino (Amerika Serikat), Baraka dan D aqua dari Jepang. "Nantinya musik jazz Eropa akan mengkolaborasikan musik rock dan etnik, hal ini akan memberi sentuhan yang berbeda bagi penikmat musik jazz," kata Aji Wartono, Sekretaris Panitia Ngayogjazz.

Sedangkan musikus dari Tanah Air akan diisi oleh Shadu Rasjidi bad, grup band dari Shadu Shah Chaidir anak dari pemusik jazz Idang Rasjidi. "Mereka akan tampil dengan formasi penuh," kata Aji lagi, seperti dilansir ayogitabisa.com.

Musik jazz boleh saja diklaim musik kalangan menengah atas, tapi itu dulu. Saat ini musik jazz bisa dinikmati semua kalangan. Dan Jogja mengawalinya dengan Ngayogjazz dari desa ke desa. Temaran lampu templok di kampung, seakan menjadi penanda jika jazz tak lagi milik kaum warga kota.(yac/agb/bhc/sya)



 
   Berita Terkait > Slank
 
  Grup Band Slank Launching Album Salam 3 Jari
  Konser perayaan 30 tahun Slank, Kaka: Kemarin Seharian Latihan
  Panggung Jazz Tak Lagi Milik Orang Kota
  Slank Jadi Duta Gerakan Jakartaku Bersih
  Slank Diajak Jokowi Kampanyekan Kebersihan
 
ads1

  Berita Utama
Kreditur Kondotel D'Luxor Bali Merasa Ditipu Developer PT MAS, Tuntut Kembalikan Uang

Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

Polri Ungkap 72 Kasus Destructive Fishing, Selamatkan Kerugian Negara Rp 49 Miliar

3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

 

ads2

  Berita Terkini
 
Kreditur Kondotel D'Luxor Bali Merasa Ditipu Developer PT MAS, Tuntut Kembalikan Uang

Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

Polri Ungkap 72 Kasus Destructive Fishing, Selamatkan Kerugian Negara Rp 49 Miliar

3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2