JAKARTA, Berita HUKUM - Program kerja Kemenristekdikti secara khusus berfokus tidak hanya pada mutu dan jumlah lulusan perguruan tinggi akan tetapi bagaimana tenaga kerja terdidik itu relevan dengan kebutuhan industri dan pasar kerja, serta hasil riset tanpa dihilirkan menjadi inovasi yang layak industri. Pendidikan tinggi Indonesia menunjukkan perkembangan positif setelah sejumlah program studi memperoleh akreditasi internasional seperti fakultas pertanian di Institut Pertanian Bogor (IPB) di peringkat 150 dunia, dua perguruan tinggi masuk peringkat 500 universitas kelas dunia, dan 60% lulusan perguruan tinggi langsung bekerja.
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Mohammad Nasir mengatakan, "indikator lain adalah 75% lulusan perguruan tinggi memperoleh Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di atas 2,75 dan 60% lulusan langsung memperoleh pekerjaan." Katanya saat memberikan paparan kinerja kementerian yang dipimpinnya, di bilangan Senayan Jakarta, Senin (28/12).
Selanjutnya Menristekdikti menambahkan bahwa, "Dari sisi ketenagaan, jumlah dosen S2 dan S3 sudah mencapai 75%, jumlah profesor sudah 5.500 orang, sedangkan jumlah peneliti adalah 550 per sejuta orang penduduk." Ujarnya.
"Dalam meningkatkan mutu lulusan perguruan tinggi, beragam upaya dilakukan kementerian mulai dari penertiban perguruan tinggi yang tidak taat azas, penertiban dan kaji ulang beragam peraturan pendidikan tinggi sehingga dapat mendorong penyelenggaraan pendidikan tinggi yang bermutu, upaya mendorong akreditasi perguruan tinggi dan program studi secara nasional maupun internasional," kata M Nasir kepada pers di Jakarta pada Senin (28/12) saat memaparkan kilas balik riset, teknologi dan pendidikan tinggi 2015.
Menurutnya, peningkatan kualitas dan kuantitas dosen melalui beasiswa, pelatihan dan sertifikasi, peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kependidikan, kerjasama pendidikan tinggi dengan berbagai negara, penyediaan beragam skema beasiswa dan beragam jenis pendidikan tinggi untuk mahasiswa, sehingga semua calon mahasiswa potensial dapat kuliah di perguruan tinggi, dan nantinya akan mampu mengisi kebutuhan pasar kerja di dalam maupun luar negeri, peningkatan kualitas dan kuantitas riset dan pengembangan, serta peningkatan jumlah inovasi.
"Saat ini kementerian telah memiliki Rencana Induk Riset Nasional yang akan memandu peneliti dan dosen dalam melakukan beragam riset dan pengembangan, serta menghasilkan inovasi yang bermutu dan laik industri, terutama dalam 11 bidang riset prioritas, yaitu pertanian dan pangan, energi, energi baru dan energi terbarukan, obat dan kesehatan, informasi dan komunikasi, transportasi, pertahanan dan keamanan, advance material (nanoteknologi), maritim, kebencanaan, kebijakan,serta sosial humaniora.
Untuk meningkatkan relevansi tenaga kerja terdidik dengan kebutuhan industri, dilakukan pendirian akademi komunitas jangka pendek (Diploma 1 dan 3) di sekitar 90 wilayah. Sementara itu, juga banyak inovasi melalui beragam skema penelitian dan pengembangan serta penguatan inovasi melalui Kemeristekdikti, BPPT, LIPI, LAPAN, BATAN, BIG, BSN, dan kerja sama dengan lembaga lainnya.(bh/yun) |