SURABAYA, Berita HUKUM - Kasus kematian Renggo Khadafi, siswa kelas lima SDN Makassar 09, Jakarta Timur, yang tewas setelah dianiaya kakak kelasnya, sempat mencuri perhatian masyarakat luas. Banyak pihak menyanyangkan kematian Renggo. Renggo sebelumnya diduga dianiaya kakak kelasnya, SY, pada Senin (28/4) lalu. Tragisnya, aksi penganiayaan itu terjadi di dalam kelas.
Anggota Komisi X DPR RI Oelfah A. Syahrullah Harmanto menilai, masih ada kelalaian dari sekolah terkait pengawasan. Tapi, bukan berarti sekolah perlu memperketat pengawasan, tapi harus memastikan murid dalam kondisi aman.
“Kasus kekerasan pada anak ini saya sampai bingung dimana letak salahnya. Pengawasan sekolah harusnya diperketat. Tapi dalam artian bukan hanya menjaga, tapi juga diberi pengertian. Justru pendekatan kepada murid itu yang kurang,” jelas Oelfah, ketika ditemui di Surabaya, dalam rangka kunjungan kerja, Senin (5/4) lalu.
Politisi Golkar ini menilai, anak-anak yang malakukan kekerasan, mungkin saja kekurangan kasih sayang dari orang tua dan keluarganya. “Anak-anak ini mungkin kurang kasih sayang. Sehingga perlu diberi pengertian. Anak sekarang kalau dikerasi malah makin menjadi,” ujar politisi asal Sulawesi Selatan ini.
Tidak menutup kemungkinan, tambah Oelfah, pelecehan seksual maupun kekerasan pada anak terjadi di tempat lain, bukan hanya di Jakarta dan Sukabumi. Ia memberikan apresiasi kepada masyarakat yang berani melaporkan dan mengungkap berbagai kejahatan dan pelecehan itu.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komisi X DPR RI Agus Hermanto menyatakan masalah kekerasan anak ini sudah menyentuh pelanggaran Hak Asasi Manusia dan pelanggaran hukum, sehingga harus ditindak secara tegas.
“Namun, kita juga harus lihat latar belakangnya juga, bagaimana proses belajar mengajarnya di sekolah, kenapa sampai terjadi seperti itu. Ini merupakan ujian berat bagi kita, tentang pendidikan, kenapa harus terjadi seperti ini. Bisa juga sekolah seolah-olah memberikan kesempatan kepada murid-muridnya untuk berbuat tidak baik,” jelas Agus.
Politisi Demokrat ini menegaskan, ke depannya kasus kekerasan maupun pelecehan seksual terhadap anak tidak boleh terjadi lagi. Pemerintah harus mengusut tuntas masalah ini.
“Ke depannya, hal-hal seperti ini tidak boleh terjadi lagi, harus dibasmi. Masalah yang terjadi ini harus diusut secara tuntas. Apakah sekolah memberikan kesan kurang tanggap terhadap kejadian ini, harus diusut secara menyeluruh. Ini juga harus kita bahas dengan Kemendikbud,” jelas Agus.
Sebagaimana pemberitaan di media, tindak penganiayaan terhadap Renggo bermula saat korban tanpa sengaja menyenggol minuman milik pelaku hingga terjatuh. Saat itu, Renggo minta maaf dan memberi ganti rugi minuman seharga Rp1.000. Namun entah mengapa, pelaku tak mau menerima dan malah menganiaya korban di dalam kelas. Bahkan saat pulang sekolah, pelaku kembali menganiaya korban hingga tersungkur.
Tak cukup sampai di situ, pelaku juga memukul korban dengan menggunakan gagang alat pembersih lantai. Setibanya di rumah, korban mengeluh kesakitan dan mengadukan peristiwa itu pada ibu asuhnya. Namun karena korban menderita muntah darah, akhirnya dirujuk ke RS Polri Kramatjati. Setelah beberapa hari menjalani perawatan, korban akhirnya menghembuskan napas terakhirnya pada Minggu (4/5) lalu pukul 01.00. Korban lalu dimakamkan di TPU Kampung Asem, Kebon Pala.(sf/dpr/bhc/sya) |