SURIAH, Berita HUKUM - Turki memperingatkan Uni Eropa bahwa jutaan orang pengungsi akan kembali melarikan diri dari Suriah karena perang semakin sengit, kata Presiden Dewan Eropa Donald Tusk. Dia menambahkan keterlibatan Rusia dan Iran di Suriah membuat Presiden Bashar al-Assad kemungkinan besar akan menang.
Menurut perkiraan Turki, tiga juta orang lagi akan mengungsi dari Aleppo dan sekitarnya.
Bagaimanapun Organisasi Migrasi Internasional, IOM, menyatakan sampai sejauh ini belum terdapat laporan tambahan orang yang meninggalkan Suriah.
"Kekerasan dan peningkatan kegiatan militer menimbulkan pengungsian warga sipil," kata juru bicara IOM, Leonard Doyle, kepada BBC.
Ditambahkannya, IOM saat ini sedang memeriksa keadaan di lapangan dengan menyebutkan pernyataan Tusk spekulatif.
Saat berbicara di depan parlemen Eropa hari Selasa (6/10), Tusk mengatakan,"Selama kunjungan saya ke wilayah itu, kepada siapapun saya berbicara -presiden atau pengungsi di kamp- di Turki, Yordania, atau Mesir, selalu memperingatkan saya tentang satu hal: kemungkinan kemenangan rezim Assad -lebih mungkin terjadi hari ini, karena keterlibatan Rusia dan Iran di Suriah- akan menghasilkan gelombang migrasi berikutnya.
"Kemarin, pesan ini dipastikan Presiden (Turki) Erdogan. Turki memperkirakan tiga juta orang lagi penduduk yang akan mengungsi, kemungkinan dari Aleppo dan sekitarnya."
Sementara, Turki kembali memanggil duta besar Rusia sehubungan dengan manuver pesawat tempur Rusia di wilayah udara Turki dalam rangka operasi militer di Suriah. Rusia melakukan pelanggaran yang sama pada Sabtu (3/10). Kala itu, dua pesawat F-16 Turki langsung mengejar.
Menurut Turki, pelanggaran untuk kedua kalinya terjadi pada Minggu (4/10).
NATO sudah mendesak Rusia untuk mengakhiri serangan udara "terhadap oposisi dan warga sipil Suriah". Namun, Rusia berkilah bahwa mereka menargetkan kelompok milisi ISIS dan kelompok milisi Islam lainnya. Menurut Rusia, pelanggaran yang terjadi pada Sabtu hanya untuk beberapa detik dan karena cuaca buruk. Namun mereka belum menanggapi secara resmi insiden pada Minggu.
Penyusupan pada Sabtu terjadi dekat Yayladagi di selatan daerah Hatay, menurut Turki.
Pernyataan oleh 28 anggota NATO, termasuk Turki, mengingatkan akan "bahaya ekstrem dari perilaku tidak bertanggung jawab seperti itu" dan meminta Rusia untuk "berhenti sepenuhnya".
Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan bahwa Turki berhak untuk menembak jet-jet Rusia tersebut. "Angkatan Bersenjata Turki mendapat instruksi yang jelas," kata Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu kepada Turkish TV. "Bahkan jika itu burung terbang, akan kami tangkap."
Dia menampik kemungkinan terjadinya "krisis Turki-Rusia" dengan mengatakan bahwa saluran komunikasi dua negara tetap terbuka.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric menyatakan rasa khawatir akan bahayanya "banyak negara dan banyak koalisi" yang meluncurkan serangan udara di Suriah.
Situasi tersebut, menurutnya "penuh bahaya". Dia meminta ada upaya fokus pada situasi politik daripada konflik.
Serangan udara Rusia mulai dilakukan pada Rabu, Moskow mengatakan mereka menargetkan posisi ISIS dan kelompok militan Islam lainnya. Suriah, pada Senin, mengatakan bahwa serangan udara tersebut sudah direncanakan berbulan-bulan.
Putin sudah membantah bahwa ada korban sipil yang tewas dalam sepekan terakhir, namun kenyataan di lapangan membuktikan sebaliknya.
Turki dan anggota koalisi AS di Suriah mengatakan bahwa, target utama mereka adalah kelompok oposisi Suriah yang melawan Presiden Assad.(BBC/bh/sya) |