JAKARTA, BeritaHUKUM - Pendidikan lingkungan yang berkelanjutan sejak usia dini sudah mendesak dilakukan guna menghadapi perubahan iklim.
"Keprihatinan terhadap perubahan iklim sudah bukan waktunya lagi menjadi sekadar tren intelektual, tapi harus menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari," kata Maya Rizano, Head of Group Communications and Corporate Sustainability HSBC Indonesia, Sabtu (20/10).
Berbicara pada Silaturahmi Sahabat Iklim di Taman Baca HSBC, Hutan Kota Pesanggrahan Sangga Buana, Jakarta, Maya mengatakan pendidikan lingkungan yang dirintis HSBC Indonesia sejak dua tahun lalu merupakan program berkelanjutan yang mengintegrasikan aspek pelestarian alam, pelestarian budaya, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Pihaknya "berjodoh” dengan Bang Idin, pejuang konservasi hutan di kawasan Kali Pesanggrahan yang belasan tahun memimpin Kelompok Tani Lingkungan Hidup (KTLH) Sangga Buana.
"Kesamaan visi telah melahirkan program HSBC Sahabat Iklim yang membuat kawasan Hutan Kota Pesanggrahan Sangga Buana semakin berkembang dan memberikan dampak berganda terhadap kehidupan sosial dan ekonomi para pemangku kepentingan," tuturnya.
Kini hutan kota Pesanggrahan Sangga Buana seluas 120 hektare makin diminati ribuan pengunjung dari dalam dan luar negeri untuk berwisata atau melakukan penelitian alam .
Sementara itu, Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ella Yulaelawati yang juga hadir pada Silaturahmi itu mengatakan Indonesia membutuhkan komitmen dari banyak pihak untuk turut memajukan pendidikan untuk pembangunan yang berkelanjutan atau Education for Sustainable Development (ESD).
"Mengenalkan pendidikan lingkungan kepada anak-anak secara inklusif sejak usia dini adalah langkah strategis untuk menciptakan generasi yang lebih berkualitas di masa depan. Mereka adalah generasi emas Indonesia di tahun 2045 nanti yang akan menentukan kemajuan bangsa,” ujar Ella.(bhc/msb/rt)
|