JAKARTA, Berita HUKUM - Prabowo Subianto menatap optimistis Pilpres 2019 usai bertemu dengan Ketum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Prabowo menyampaikan, dia dan SBY sudah berkeliling Indonesia dan menangkap keinginan masyarakat.
"Pak SBY menyampaikan berkeliling kemana-mana, saya juga keliling kemana-mana. Kami menangkap getaran harapan rakyat untuk adanya perubahan di negara ini dan intinya ingin suatu pemerintahan yang bersih, pengelolaan yang lebih capable," kata Prabowo di kediaman SBY di Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (24/7).
Prabowo bertemu selama 2 jam sejak pukul 19.30 WIB dengan SBY dan putranya AHY. Pertemuan sendiri berlangsung enam mata. Sedang tokoh-tokoh lainnya antara lain Fadli Zon, Rachmawati Soekarnoputri, dan lainnya juga hadir.
Jadi hari-hari ke depan tim kecil Gerndra akan intensif bekerja dengan tim kecil Partai Demokrat," tegas dia.
Gerindra juga akan menjalin kerjasama dengan PKS dan PAN. Dia juga bertemu dengan pimpinan dan wakil dari partai-partai tersebut.
Sementara, Usai bertemu Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ketum Gerindra Prabowo Subianto menyinggung soal skenario menggaet Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai cawapres. Prabowo menegaskan bahwa SBY tidak pernah memaksakan AHY untuk jadi cawapres.
"Pak SBY tidak meminta AHY jadi cawapres sebagai harga mati. Beliau minta dalam beberapa hari ini kita cari nama terbaik," ujar Prabowo di kediaman SBY.
Namun, Prabowo mengaku sudah menyampaikan kepada SBY kriteria apa saja yang ia butuhkan sebagai cawapres.
"Saya katakan, kriteria yang saya butuh adalah kriteria yang saya yakini orang ini capable, yang bisa tentunya berkomunikasi dengan baik dengan generasi muda. Karena memang mayoritas pemilih di bawah 40 tahun," jelasnya.
Meski menyadari SBY tidak mematok harga mati agar AHY dipilih jadi cawapres, Prabowo tak menutup peluang meminang putra sulung SBY tersebut. Menurut dia, skenario-skenario capres-cawapres akan dimatangkan dalam beberapa pertemuan ke depan.
"Umpama di pertemuan-pertemuan nanti nama AHY muncul, saya harus katakan why not? Jadi tidak ada harga mati-matian," tuturnya.
"Yang penting, niat beliau mencari solusi terbaik," pungkas Prabowo.
Sedangkan, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merespons kemungkinan berkoalisi dengan kubu Joko Widodo di Pilpres 2019. SBY mengatakan Demokrat sebetulnya turut berkomunikasi dengan Jokowi, namun dia memberi sinyal tak akan tercapai koalisi.
"Saya menjalin komunikasi dengan Pak Jokowi hampir satu tahun untuk juga menjajaki kemungkinan kebersamaan dalam pemerintahan Pak Jokowi, juga berharap Demokrat bisa di dalam koalisi," ucap SBY usai pertemuan dengan Ketum Gerindra Prabowo Subianto tersebut.
"Tapi saya sadari banyak sekali rintangan, hamabatan menuju koalisi itu," imbuh SBY.
SBY enggan merinci hambatan berkoalisi dengan parpol pendukung Jokowi tersebut, dia hanya menyebut iklimnya tidak baik. Beberapa faktor yang diurai SBY harusnya terpenuhi dalam koalisi adalah kesetiaan, kepercayaan dan penghormatan.
"Dan itu menurut saya jadi hambatan selama ini," tegas SBY.
Sebaliknya, SBY menyebut koalisi dengan Gerindra mengusung Prabowo Subianto kini terbuka lebar. Meski belum dibahas soal cawapres pendamping Prabowo, namun ada kesepahaman SBY dan Prabowo untuk berkoalisi.
"Koalisi pasangan capres-cawapres yang paling baik yang rakyat yakini 5 tahun ke depan untuk perubahan ke arah yang lebih baik," pungkas presiden dua periode itu.
Sebagaimana diketahui, koalisi Joko Widodo sudah lebih dulu solid dengan dukungan 6 partai politik yang punya kursi di DPR yaitu PDIP, Golkar, NasDem, Hanura, PPP, dan PKB.
Para ketua umum parpol ini sudah bertemu dengan Jokowi Senin (23/7) kemarin, menyepakati satu nama cawapres yang akan diumumkan langsung Jokowi dalam waktu dekat. Sementara pendaftaran capres-cawapres digelar pada 4-10 Agustus 2018.(Kumparan/dik/demokrat/bh/sya) |