JAKARTA, Berita HUKUM - Sekelompok pemuda yang tergabung dalam kelompok “Smoke Free Agents” memulai sebuah petisi di Change.org menuntut Menkominfo, Tifatul Sembiring, untuk menyetop iklan rokok di berbagai media massa yang memancing anak muda untuk menjadi perokok aktif. Hingga siang hari 12 Juni 2013, petisi yang bisa diakses ini telah didukung lebih dari 5.000 orang.
“5000 lebih tanda-tangan dalam waktu beberapa hari, bisa dibayangkan betapa banyak masyarakat yang merasa terganggu dengan iklan-iklan ini” kata Usman Hamid, Co-Founder Change.org Indonesia.
Petisi dimulai oleh Jessica Harlina, Yosef Rabindanata, M Ricki Cahyana, Laksamana
Yudha, Ramdhan Wahyudi, Sidik Setyo Hanggono, dan Hasna Pradityas. Mereka berpendapat bahwa tidak ada tempat yang aman dari iklan rokok, dari mulai sekitar sekolah, jalan menuju sekolah, warung sekitar rumah, taman, mal, tempat olahraga, rekreasi dan lainnya. “Padahal 46,3 persen remaja berpendapat iklan rokok memiliki pengaruh yang besar untuk mulai merokok” lanjut petisi.
Penggagas petisi menyatakan malu bahwa Indonesia mendapat sebutan “Baby Smoker Country. Petisi mengutip penelitian yang menunjukkan bahwa perokok rata-rata mulai pada umur 14-15 tahun. Petisi juga mengutip laporan peneliti Myron E. Johnson ke Wakil Presiden Riset dan Pengembangan Phillip Morris “Remaja hari ini adalah calon pelanggan tetap hari esok, karena mayoritas perokok memulai merokok ketika remaja…” ujarnya.
“Saya baru berhenti merokok karena sakit dan saya ingin semua orang berhenti merokok agar tidak sakit seperti saya” begitu komentar L. Siregar, salah satu penandatangan petisi.
E. Safawi juga berkomentar “ku lg hamil. Sesak bau rokok. dan benci banget ama perokok. Kasihan dedek dalam kandungan!”
Petisi menunjukkan bahwa negara-negara tetangga yang lain seperti Singapura, Thailand, Vietnam, Singapura, Filipina, Kamboja, dan Laos sudah lebih maju dalam menerapkan pelarangan iklan rokok di negaranya.
Menkominfo Tifatul Sembiring pun sudah di sebut (mention) beberapa kali melalui akun @tifsembiring pada jejaring sosial Twitter, tapi belum memberikan tanggapan.(rls/bhc/put) |