JAKARTA (BeritaHUKUM.com) – Pihak kelolisian melakukan otopsi terhadap lima jenazah yang diduga pelaku teroris di Bali. Otopsi ini dilakukan di RS Polri Kramajati, menyusul kelima jenazah itu tiba pada Senin (19/3) pukul 22.00 WIB. Proses ini juga untuk mengambil contoh DNA dari kjenazah tersebut.
"Kepolisian mulai hari ini melakukan otopsi lima jenazah tersebut. Dalam otopsi ini, kami juga akan mengambilkan tes DNA kepada pihak keluarga, kalau memang ada pihak yang mengaku keluarganya untuk mengambil jenazah bersangkutan ini," kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol. Saud Usman Nasution kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (20/3).
Namun, lanjut dia, hingga kini belum ada keluarga yang mengaku sebagai sanak saudara dari kelima jenazah tersebutr. Kalau ada warga yang datang dan mengaku sebagai keluarga dari lima tersangka terorisme itu, polisi akan mengambil contoh DNA dan memeriksa data pembanding yang dimiliki keluarga. “Setelah cocok, polisi baru akan menyerahkan jenazah itu untuk segera dimakamkan pihak keluarganya,” jelas Saud.
Berdasarkan informasi yang dihimpun wartawan, terungkap sepak terjang lima terduga teroris yang tertembak mati di dua tempat, yakni di bungalow 99 X Laksmi di Jalan Danau Poso Sanur dan Jalan Gunung Soputan Denpasar, berawal dari pengembangan infromasi yang diterima kepolisian. Sebelum ditembak mati tim Densus 88 Antiteror, mereka berencana merampok toko emas di Jimbaran dan Money Charger di Jalan Raya Kuta, pada Senin (19/03/2012).
Lima anggota jaringan teroris yang tewas tertembak masing masing Hilman Afandi (32) - DPO CIMB Medan- asal Bandung, Nanang (30) tinggal di Jimbaran, Kuta Selatan, Umar H alias Kapten asal Jepara, Jawa Tengah, Dede (27) asal Bandung dan Martino alias Abu Hanif (30) asal Makasar.
Sebelum mereka ditembak mati tim gabungan Densus 88 Mabes Polri dan Polda Bali, para terduga teroris itu sudah dibuntuti sebulan penuh oleh aparat kepolisian. Bahkan, para pelaku diketahui sudah melakukan pertemuan sejak dua minggu lalu atau tepatnya pada 7 Meret 2012, menyusul kedatangan dua teroris yang kini masih diburon polisi.
Dua pelaku yang masih belum diketahui identitasnya ini, diduga telah melakukan survey di lapangan sebelum melakukan aksi perampokan. Mereka mensurvei seputaran Hard Rock Cafe Kuta dan di sepanjang Jalan Raya Pantai Kuta. Mereka juga sempat mengabadikan lokasi di seputaran Jalan Raya Pantai Kuta. Dua orang ini kembali ke Pulau Jawa pada Minggu (11/3).
Sepeninggal dua pelaku tadi, pelaku bernama Nanang yang tinggal di Perum Puri Jimabaran, Kuta Selatan, Badung, kemudian menjemput Hilman di kawasan Ubung pada Rabu (14/3) lalu. Hilman menginap di Hotel Puri Naga yang terletak di Jalan Double Six Kuta. Hilman membuka dua kamar, satu di lantai atas dan satu di lantai bawah. Dia berada di atas untuk memantau dari bawah, jika sewaktu waktu ada penggerebekan. Sedangkan kamar bawah untuk pertemuan dua anggota lain.
Tak lama menginap di Hotel tersebut, beberapa anggota lainnya datang dan dijemput oleh Nanang yang diduga sebagai local boy. Di kamar itulah menginap pelaku bernama Dede dan Martino alias Abu Hanif. Sesaat bertemu, mereka kemudian melakukan survei ke lokasi sasaran perampokan, yakni di toko emas di Pasar Jimbaran di Jalan Uluwatu dan money changer di Kuta.
Danai Pengeboman
Para pelaku teroris ini berencana akan merampok di Bali yang diduga untuk mendanai serangkaian rencana pengeboman. Itu dilihat dari kedatangan satu pelaku lagi bernama Umar alias Kapten. Pelaku Umar datang ke Bali dan di jemput oleh Nanang di kawasan Ubung, Denpasar, pada Sabtu (17/3). Hilman yang diduga pendana para teroris ini kembali membuka kamar Hotel untuk Umar di Hotel Mulyo Sari di Jalan Setia Budi Kuta pada Minggu (18/3) siang.
Setelah semua lengkap, ke lima teroris ini berkumpul di salah satu warung Soto Makasar di Jalan Teuku Umar pada Minggu (18/3) sekitar pukul 19.00 WITA. Pertemuan ini dilakukan untuk menentukan hari perampokan yang disetujui pada Senin (19/03). Mereka sepakat merampok toko emas di Jimbaran dan money changer di Kuta. Pertemuan itu memutuskan Nanang dan Hilman mencuri sepeda motor yang digunakan untuk merampok.
Setelah sepakat, mereka pun membagi senjata api jenis FN. Diketahui Nanang dan Hilman membawa bawa senpi. Sementara Kapten, Dede dan Abdul Hanif membawa juga membawa dua senpi. Selanjutnya, Nanang dan Hilman mengendarai sepeda motor Supra 125. Sedangkan Kapten, Dede dan Abdul Hanif membawa mobil Toyota Avanza berwarna merah.
Tim Densus 88 dan Polda Bali langsung membuntuti motor yang dikendarai oleh Nanang dan Hilman yang melaju dari arah Jalan Teuku Umar - Jalan Mahendradatta dan mengarah ke Jalan Gunung Soputan, Denpasar. Merasa dibuntuti polisi, saat berada di trafficlight Jalan Soputan-Jalan Imam Bonjol, Nanang dan Hilman melakukan perlawanan dengan mengeluarkan senpi. Petugas yang membututinya langsung menembak dari arah belakang. Dua teroris tewas saat berada di atas sepeda motor.
Pengejaran yang sama dilakukan tim Densus yang mengejar mobil Avanza yang dikendari tiga pelaku teroris yakni Kapten, Dede dan Abdul Hanif. Mereka pun dibuntuti hingga masuk ke bungalow 99X Laksmi di Jalan Danau Poso Sanur. Namun, setelah kedoknya diketahui, tiga pelaku teroris tertembak mati saat baku tembak dengan petugas Densus 88.(dbs/bie)
|