TANGGAL ; 25 Maret 2013 sudah lewat, isu kudeta yang dihembuskan oleh beberapa pihak ternyata hanya isapan jempol. Demontrasi besar-besaran yang akan dilakukan pada hari itupun, ternyata nihil. Memang berdasarkan data dari Polda Metro Jaya pada hari Senin (25/03) sedikitnya ada delapan titik yang akan dijadikan tempat untuk menyampaikan pendapat (unjuk rasa) dari beberapa elemen masyarakat.
Namun dari delapan titik tersebut yang mendapat sorotan dari berbagai pihak terutama dari awak media, yang berada di halaman Kantor YLBHI di Jl.P.Diponegoro 74, Jakarta Pusat. Berdasarkan data dari Polda Metro Jaya,kegiatan di halaman YLBHI ini merupakan kegiatan dari elemen masyarakat yang menamakan dirinya dari Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI). Dari pantuan di lapangan beberapa stasiun televisi dan awak media baik cetak, elektonik maupun online sejak pagi sudah menempatkan kru beserta peralatan lengkap di sekitar Jalam P.Diponegoro, Salemba, Jakarta Pusat, mereka telah siap mengabarkan kemungkinan apa yang akan terjadi.
Namun, sebagaimana surat pemberitahuan kepada Polda Metro Jaya yang ditandatangani oleh Ketua Presidium MKRI Ratna Sarumpaet dan Sekjen Adhie Massardi, dan disampaikan langsung oleh Neta S.Pane, bahwa kegiatan tersebut hanya Bakti Sosial (pembagian sembako) dan Panggung Hiburan.
Rumor-rumor soal akan adanya penurunan masa secara besar-besaran untuk mengkudeta Presiden SBY, tidak terbukti sama sekali. Pihak MKRI melalui Adhie Massardi selaku Sekjen mengatakan kepada publik bahwa perubahan acara dilakukan karena adanya tekanan dan teror dari berbagai pihak terhadap pengurus MKRI.
Sementara pihak Istana, seperti Sekertaris Kabinet Dipo Alam, dibeberapa media secara terang-terangan mengatakan bahwa mereka yang mengklaim akan melakukan kudeta, termasuk para penyandang dananya, seperti kodok yang membesarkan kerongkongannya, seolah-olah mereka punya massa besar, sesungguhnya mereka tidak mendapat dukungan rakyat, pungkas Dipo Alam.
Isu kudeta sebenarnya sudah beberapa waktu lalu digulirkan, gaungnya cukup menggema, bahkan dalam konfrensi pers yang di gelar MKRI di bilangan Cikini, secara gamblang akan memobilisasi massa secara besar-besaran pada hari Senin (25/03) untuk meminta Presiden SBY mengembalikan kekuasaannya kepada rakyat.
Rumor adanya kudeta juga pernah dilontarkan oleh SBY sendiri, namun seperti biasa keluhan SBY lagi-lagi menimbulkan pro dan kontra ditengah-tengah masyarakat. Banyak pihak mengungkapkan bahwa apa yang dikeluhkan oleh presiden tetang adanya rencana sekelompok massa yang ingin melakukan kudeta, hanya sebagai bentuk pengalihan isu belaka.
Berdasarkan catatan yang di himpun redaksi media ini, bahwa jalan panjang munculnya rumor adanya kudeta, sebenarnya sebuah rasa ketidakpuasan dari lawan-lawan politik (baca sebagian masyrakat) terhadap rezim yang berkuasa saat ini. Ketidakpuasan tersebut telah berulang kali direfleksikan dalam berbagai bentuk penyampian pendapat dan berbagai kegiatan lain.
Kondisi bangsa dan negara kita saat ini dengan segala kekayaan alamnya yang lebih banyak dikuasai oleh asing, terlalu tunduknya pemerintahan saat ini terhadap kemauan pihak asing juga menjadi sumbu ketidakpuasan bagi berbagai pihak, serta berbagai persoalan lain yang masih melilit bangsa ini.
Apapun yang terjadi refleksi tanggal 25 Maret 2013 dengan berbagai rumor akan terjadinya kudeta, seharusnya menjadi instropeksi bagi resim yang berkuasa saat ini, bahwa kesejahteraan dan kepentingan rakyat lebih diatas segala-galanya. Kita tidak bisa membiarkan rakyat kita hanya menjadi penonton di negeri sendiri, sementara kekayaaan alam kita terus dikeruk dan dibawa lari untuk kepentingan asing.
Disisi lain bagi para aktivis pro perubahan, para pendiri bangsa berjuang benar-benar iklhas demi kepentingan rakyat, tidak ada itikad untuk memikirkan diri pribadi keluarga maupun kelompoknya, apalagi hanya bargaining politik sesaat, demi mencapai kekuasaan semata. Semoga rumor kudeta 25 Maret 2013 menjadi intropeksi bagi kita semua. (*)
|