BANDUNG, Berita HUKUM - Tidak kurang 1.100 sepeda motor beriringan menelusuri jalan-jalan padat Bandung, Minggu siang (2/3). Jumlah itu tidak termasuk puluhan kendaraan roda empat, beberapa bus, dan sebuah ambulans. Satu hal yang menyamakan rombongan besar itu adalah, mereka pendukung peserta Calon Presiden Konvensi Rakyat 2014, DR Rizal Ramli.
Keruan saja Bandung yang memang rame pada di akhir pekan, jadi makin ‘seru’ saja. Besarnya rombongan mau tidak mau menyita perhatian publik yang dilalui iring-iringan. Mereka bergerak dari Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) di komplek kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), terus menuju Tegal Lega, pasar Cibiru, Ujung Berung, lalu putar balik menuju Cikapayang dan Dago. Sungguh perjalanan yang heboh menelusuri Bandung di hari Minggu.
Kendati begitu, wajah-wajah ceria menghiasi peserta konvoi. Pengendara sepeda motor yang sebagian besar berboncengan, sesekali membunyikan klakson. Ada bendera putih ukuran 15x25 cm bertulskan DR Rizal Ramli Calon Presiden 2014 berwarna hitam yang kontras, berkibar-kibar di tangan pengendara motor atau di kaca spion. Sedangkan penumpang mobil banyak yang membuka kaca jendelanya. Di kap depan ada spanduk ukuran lumayan besar dengan tulisan senada plus foto tokoh nasional yang dikenal sebagai ikon perubahan itu dengan senyum lebarnya. Sedangkan di lambung kanan-kiri bus, juga ada spanduk serupa dengan ukuran lebih lebar membentang dengan gagahnya.
Rombongan besar tadi baru saja selesai mengikuti Debat Capres di Sabuga. Kursi-kursi dengan format teater di aula yang mampu menampung 3.500 orang itu penuh. Di bagian bawah, panitia juga menyediakan tidak kurang dari 1.500 kursi lipat. Kendati begitu, masih saja ada sekitar 500an orang yang berdiri karena tidak kebagian tempat duduk. Sementara itu, di bagian depan aula, jumlah massa yang bertebaran juga tidak kalah banyaknya. Total jenderal, tidak kurang 6.000 warga Bandung dan sekitarnya tumplek-bleg meramaikan debat capres yang memang ditunggu-tunggu tersebut.
Pagi, sekitar pukul 09.30 Rizal Ramli yang pernah menyelamatkan PT PLN dari kebangkrutan tanpa menyuntikkan modal itu, tiba di Sabuga. Berjas lengkap warna gelap dengan kemeja putih bersih, dia langsung disambut grup marawis yang melantunkan shalawat Badar. Berjalan agak tersendat menembus kerumunan massa, Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu akhirnya berhasil menginjakkan anak tangga yang mengantarkannya ke bagian dalam gedung. Lagu perjuangan Halo-halo Bandung pun berkumandang begitu dia memasuki aula. Meriah!
Sebelum menuju ruang tunggu para kandidat Capres, yatim piatu sejak usia tujuh tahun itu mendatangi para pendukungnya yang memadati balkon bagian kanan. Dia pun berbaur dan kembali lagu Halo-halo Bandung berkumandang sambil mengepalkan tangan dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Yel-yel ‘Rizal Ramli Presiden’ pun bersahut-sahutan bak hendak meruntuhkan langit-langit Sabuga.
Salah urus, salah prioritas
“30% anak-anak usia SD kurang gizi dan kurang protein. Kok bisa? Dulu, usai kalah pada perang dunia ke-2, pemerintah Jepang memaksakan diri untuk memberi anak-anak mereka sebutir telur setiap berangkat ke sekolah. Hasilnya, Jepang punya anak-anak cerdas yang 15-20 tahun kemudian berhasil membawa Jepang menjadi negara maju,” ujar tokoh yang pernah memimpin delegasi RI ke sidang Consultative Group on Indonesia (CGI) dan meghasilkan hibah terbesar bagi dalam sejarah Indonesia.
Menurut dia, seharusnya Indonesia juga melakukan hal serupa. Dengan APBN lebih dari Rp1.800 triliun, amat banyak yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), khususnya sejak masih kanak-kanak. Sayang sekali, besarnya anggaran itu justru dialokasikan untuk membiayai birokrasi secara berlebihan. Untuk anggaran perjalanan dinas saja, misalnya, pada 2013 jumlahnya mencapai Rp23 triliun. Jumlah ini jauh lebih tinggi ketimbang anggaran pertanian yang hanya Rp15,5 triliun.
“Kok pemerintah tidak mau menyediakan sebutir telur untuk tiap anak SD? Masalahnya bukan karena kita tidak punya uang. Persoalannya karena negara ini salah urus, salah prioritas. Kalau Rizal Ramli jadi presiden, kita akan memangkas biaya perjalanan dinas hingga maksimal Rp10 triliun. Selisih anggaran itulah yang kita alihkan untuk mencerdaskan anak-anak kita, para pemimpin masa depan Indonesia,” ujarnya yang disambut tepuk tangan amat meriah yang panjang.
Masih seputar kualitas SDM, Menteri Keuangan yang pernah mengebut pembahasan revisi RAPBN dan tuntas dalam waktu kurang dari 3 hari itu, mengaku kasihan melihat anak-anak SD. Pasalnya, anak-anak yang masih sangat belia tadi harus membawa banyak sekali buku dalam tas sekolah mereka, hingga punggungnya dipaksa menanggung beban ekstra berat. Seharusnya, di era informasi dan internet saat ini, lanjut dia, anak-anak jangan dijejali dengan berbagai informasi berlebihan.
“Anak-anak seharusnya dilatih bagaimana berpikir dan menganalisis informasi. Kemendikbud tidak boleh lagi diurus dengan pendekatan birokratis. Ini merusak pendidikan karena yang ada di benak para pejabatnya proyek dan proyek. Pendidikan harus dikelola secara akademik,” tukasnya yang lagi-lagi disambut tepuk tangan.
Buat Rizal Ramli, Sabuga bukanlah tempat asing. Semasa menjadi mahasiswa ITB, pria yang terpaksa bekerja di percetakan di bilangan Kebayoran, Jakarta Selatan untuk membiayai kuliahnya ini, pernah kos sekitar 100 m dari Sabuga. Bandung memang banyak menempa semangat dan wawasan ekonom yang sejak mahasiswa gigih memperjuangan kesejahteraan rakyat ini.
Ada benang merah yang kental antara Soekano dan Rizal Ramli. Soekarno dibesarkan dan berkembang di Bandung. Jiwa dan roh nasionalisme Soekarno tumbuh saat kuliah di ITB. Soekarno melawan Belanda yang menindas, diadili di pengadilan laandrad dan akhirnya dipenjara di Sukamiskin.
“Rizal Ramli besar di Bogor dan roh nasionalismenya tumbuh saat kuliah di ITB. Rizal Ramli melawan rezim otoriter Soeharto, diadili di PN Bandung, dan juga dipenjara di Sukamiskin. Dengan izin Allah Yang Maha Kuasa dan dukungan warga Bandung, Rizal Ramli ingin meneruskan dan mewujudkan cita-cita Soekarno, membawa rakyat Indonesia sejahtera. Menjadikan Indonesia negara yang maju dan digdaya,” pungkasnya yang disambut gemuruh tepuk tangan dan yel-yel Rizal Ramli Presiden berulang-ulang.(rp/edy/bhc/sya)
|