Arab Saudi Serangan Kilang Minyak Arab Saudi: AS Sebut Data Intelijen Menunjukkan Keterlibatan Iran 2019-09-17 22:20:56
Salah satu gambar satelit pemerintah AS yang menunjukkan kerusakan nyata pada fasilitas pemrosesan minyak terbesar di dunia.(Foto: US GOVERNMENT / DIGITAL GLOBE)
ARAB SAUDI, Berita HUKUM - Amerika Serikat mempublikasikan data satelit dan mengutip intelijen untuk mendukung tuduhannya bahwa Iran berada di belakang serangan terharap fasilitas minyak Arab Saudi.
Iran membantah terlibat dalam serangan yang terjadi Sabtu silam, yang diklaim dilakukan oleh pemberontak Houthi yang berpihak pada Iran di Yaman.
Namun, pejabat AS yang tidak disebutkan namanya yang berbicara pada media internasional mengatakan arah dan tingkat serangan membuat keterlibatan Houthi diragukan,
Insiden ini telah memangkas pasokan minyak global sebanyak 5% dan harga minyak melonjak tinggi.
Apa yang dikatakan AS?
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menyalahkan Iran pada akhir pekan, tanpa memberikan bukti, mendorong Teheran balik menuduh Washington melakukan penipuan.
Dalam cuitannya pada hari Minggu, Presiden AS Donald Trump tidak secara langsung menuduh Iran, namun mengatakan kemungkinkinan tindakan militer setelah pelaku serangan diketahui.
Donald J. Trump @realDonaldTrump: "Saudi Arabia oil supply was attacked. There is reason to believe that we know the culprit, are locked and loaded depending on verification, but are waiting to hear from the Kingdom as to who they believe was the cause of this attack, and under what terms we would proceed!"
Beberapa pejabat AS yang enggan disebut namanya telah berbicara kepada New York Times, ABC dan Reuters.
Seorang pejabat mengatakan ada 19 titik dampak pada target dan serangan itu datang dari arah barat laut, bukan dari wilayah yang dikuasai Houthi di Yaman, yang terletak di barat daya fasilitas minyak Saudi.
Para pejabat itu mengatakan ini mengindikasikan bahwa lokasi peluncuran berada di sebelah utara teluk, yakni Iran atau Irak.
Koalisi pimpinan Arab Saudi di Yaman menuding Iran menyediakan senjata.
Gambar jarak dekat dari tangki-tangki yang rusak di fasilitas pengolahan minyak Abqaiq, menunjukkan titik tumbukan berada di sisi barat.
Gambar lain menunjukkan kerusakan di ladang minyak Khurais, yang terletak lebih jauh ke barat. Hak atas fotoUS GOVERMENT / DIGITAL GLOBE
Pada akhir pekan lalu, Irak membantah bahwa serangan diluncurkan dari wilayahnya.
Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi mengatakan Pompeo sudah berbicara melalui sambungan telpon dan meyakinkannya bahwa AS mendukung posisi Irak.
Para pejabat yang dikutip oleh New York Times mengatakan perpaduan pesawat nirawak (drone) dan rudal jelajah mungkin telah dikerahkan dalam serangan tersebut, namun tidak semuanya mencapai target mereka di Abqaiq dan Khurais.
China dan Uni Eropa secara terpisah mendesak masing-masing pihak menahan diri.
Utusan PBB untuk Yemen Martin Griffiths mengatakan kepada Dewan Keamanan pada hari Senin bahwa "tidak sepenuhnya jelas" siapa yang berada di balik serangan tersebut, seraya mengatakan serangan itu telah meningkatkan potensi konflik regional.
Di Inggris, Menteri Luar Negeri Dominic Raab juga mengatakan belum jelas siapa yang bertanggungjawab, namun menyebut tindakan itu sebagai "pelanggaran sewenang-wenang terhadap hukum internasional". Hak atas fotoREUTERSImage captionAsap mengepul dari fasilitas minyak di Abqaiq
Apa yang terjadi pada pasar minyak global?
Harga minyak tercatat mengalami kenaikan tertinggi sejak Perang Teluk 1991, yakni naik 20% namun jatuh kembali kemudian.
Patokan internasionala yang digunakan oleh para pedagang, minyak mentah Brent, melonjak menjadi US$71,95 per barel pada satu titikm
Pelonjakan harga mereda setelah Presiden Trump mengesahkan kemungkinan pelepasan cadangan minyak AS. Hak atas fotoFAYEZ NURELDINE/AFP/GETTY IMAGESImage captionHarga minyak dunia diperkirakan akan naik setelah produksi minyak Arab Saudi berkurang.
Menteri Energi AS Rick Perry mengatkan pada CNBC bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan apakah langkah itu perlu. Dia juga menyalahkan Iran atas serangan itu.
Ada kekhawatiran bahwa harga yang lebih tinggi dapat berlanjut jika ketegangan semakin memburuk.
Sebelumnya, Perry menegaskan pasar minyak "tangguh dan akan merespons secara positif". Hak atas fotoNASAImage captionCitra satelit NASA menunjukkan asap kebakaran menyusul serangan drone di fasilitas minyak Arab Saudi.
Bagaimana reaksi Iran?
Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif dalam cuitannya pada hari Minggu mencemooh Pompeo, mengatakan bahwa "setelah gagal pada tekanan maksimal, Pompeo beralih ke tipuan maksimal".
Ia merujuk pada "kampanye tekanan maksimum" yang dinyatakan pemerintahan Trump, yang terus berupaya memberi sanksi kepada Iran sejak Washington menarik diri dari perjanjian internasional untuk membatasi ruang lingkup program nuklir Iran. Hak atas fotoREUTERS
Bagaimana serangan hari Sabtu terjadi?
Serangan itu menargetkan Abqaiq, fasilitas pengolahan minyak terbesar di dunia yang dijalankan oleh perusahaan minyak milik negara Saudi, Aramco, dan ladang minyak Khurais.
Khurais adalah target yang paling dekat dari perbatasan Yaman - sekitar 770 km jauhnya.
Arab Saudi mengatakan drone telah melakukan serangan, yang dimulai pada pukul 04:00 waktu setempat dan menyebabkan awan tebal dan asap hitam membumbung tinggi di udara.
Houthi mengatakan pasukannya telah mengirim 10 pesawat tanpa awak ke fasilitas itu dan sejak itu memperingatkan akan adanya serangan lebih lanjut.
Tidak ada laporan cedera, tetapi tingkat kerusakan fasilitas masih belum sepenuhnya jelas
Mengapa orang-orang Houthi menyerang Arab Saudi?
Pemberontak Houthi telah berulang kali meluncurkan roket, rudal, dan pesawat tanpa awak di daerah-daerah berpenduduk di Arab Saudi. Serangan itu menewaskan sedikitnya empat warga sipil.
Konflik Yaman meningkat pada bulan Maret 2015, ketika orang-orang Houthi menguasai banyak bagian barat negara itu dan memaksa Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi untuk melarikan diri ke luar negeri.
Arab Saudi dan sekutu kemudian memulai kampanye udara yang bertujuan memulihkan pemerintahan Hadi.
PBB mengatakan konflik itu telah merenggut nyawa sedikitnya 7.290 warga sipil dan menyebabkan 80% populasi - 24 juta orang - membutuhkan bantuan atau perlindungan kemanusiaan, termasuk 10 juta yang bergantung pada bantuan makanan untuk bertahan hidup.(BC/bh/sya)
PT. Zafa Mediatama Indonesia Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359 info@beritahukum.com