GORONTALO, Berita HUKUM - Menteri Agama Suryadharma Ali menyatakan keprihatinannya atas semakin langkanya para ahli agama, ulama. Menurutnya, kelangkaan ini ini sebenarnya sudah dirasakan sejak tahun 1987. Kenyataan ini tentu menjadi tantangan bangsa Indonesia ke depan. “Sampai terbitnya kebijakan pemerintah mengatasi kelangkaan ulama,” ungkapnya saat menutup acara Halaqah Pimpinan Pondok Pesantren di Gorontalo, pekan lalu.
Menag menambahkan bahwa kekhawatiran itu semakin terasa karena terjadi justru di daerah yang selama ini terkenal dengan lumbung pencetak kader ulama, seperti Jawa Timur dan Jawa Barat. “Bayangkan kalau Jatim, Jabar sudah mengeluh bahkan terjadi kelanggkaan ulama, itu harus menjadi keprihatinan kita bersama,” tukasnya.
Berdasarkan penelitian, lanjut Menag, penurunan pencetakan kader ulama tersebut juga ditandai adanya perubahan madrasah. Menag menyebutkan bahwa sekitar 89 persen sistem madrasah menengah tidak lagi mengkhususkan kajian keagamaan. “Madrasah tidak lagi mengkhususkan ilmu-ilmu agama. Semua siswa umumnya hanya mengaji di rumah dan sekolah di madrasah. Jadi keluhan ini diperkuat hasil penelitian dari Litbang Kemenag,” paparnya.
“Nah, ini harus menjadi keprihatianan kita bersama. Saya berharap ada gerakan konkrit terhadap pencetakan kaderisasi ulama-ulama ini. Saya berharap ada gerakan-gerakan nyata,” tukas Menag. (bhc/pin/rat)
|