AS, Berita HUKUM - Hasil informasi yang didapatkan pemerintah Amerika Serikat terhadap sejumlah perusahaan teknologi ternyata tak disimpan sendiri. Beberapa informasi dituding juga ikut diberikan ke negara lain, Belanda salah satunya.
Dinas Keamanan Belanda, AIVD, juga tak luput dari tuduhan telah secara teratur menerima dan menggunakan informasi dari email pribadi atau postingan media sosial yang didapatkan dari PRISM.
PRISM sendiri diketahui merupakan program mata-mata milik pemerintah AS yang digunakan untuk mengakses secara penuh server milik perusahaan teknologi seperti Facebook,Yahoo dan Google.
Seorang mantan petugas AIVD yang membocorkan rahasia ini, mengatakan, program PRISM ini memungkinkan pemerintah Belanda mendapatkan informasi rahasia yang diambil dari isi email, transfer file, video, foto, data media sosial dan percakapan dalam aplikasi chatting.
Ia juga mengatakan, bahwa aplikasi ini digunakan khususnya untuk memantau ekstrimis Islam. Mereka akan dengan mudah mendapatkan pasokan informasi dengan cepat, bahkan dalam waktu lima menit--terutama jika berasal dari AS.
"Ada beberapa program rahasia seperti PRISM saat ini aktif di Belanda," kata sang sumber dari AIVD yang tidak disebutkan namanya kepada De Telegraaf, seperti dikutip dari IrishTimes.com, Selasa (18/6).
Sementara anggota Parlemen di Starsbourg juga ikut mengkritik PRISM ini. Mengumpulkan data dan informasi penting dapat menyebabkan implikasi dari privasi, perlindungan data, dan kerjasama keamanan Uni Eropa.
Bahkan salah satu Komisaris Kebijakan Konsumen dan Kesehatan, Tonio Borg mengatakan bahwa aksi mata-mata itu berpotensi membahayakan hak mendasar untuk privasi dan perlindungan data warga Uni Eropa.(itc/bhc/opn) |