BANGKA, Berita HUKUM - Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) mencatat, sejak Januari hingga September 2012 ini, sebanyak 32 penambang tradisional tewas tertimbun longsor.
Penyebabnya, pekerja tambang tradisional itu tidak dilengkapi keselematan yang memadai. Selain itu, eksploitasi timah berlebihan akan merusak ekosistem.
Warga di sekitar pertambangan juga merasa kesulitan untuk mendapatkan air bersih, karena sekitar 70 persen lahan telah berubah menjadi lahan pertambangan. Dari itu, Walhi mendesak adanya pembatasan penambangan tradisional timah di Pulau Bangka.
”Perusahaan juga harus dituntut, untuk memulihkan lingkungan dan memastikan pasokan timah tidak berasal dari kawasan yang berbahaya untuk penambang”, papar Pius Ginting kepada pewarta, Kamis (06/09).
Diketahui, proses penambangan di sekitar terumbu karang ini berdampak bagi nelayan. Pasalnya, tangkapan nelayan jadi sedikit dan harga ikan naik sekitar 40 - 100 persen. Kedua perusahaan tambang yang terdapat di Pulau Bangka ini, yaitu PT. Timah dan PT. Koba Tin.(bhc/frd)
|