GORONTALO, Berita HUKUM - Konflik berlatar belakang agama, suku dan ras yang terjadi di beberapa tempat disebabkan makin rendahnya rasa toleransi beragama oleh setiap warga negara. Toleransi beragama harusnya menjadi nilai yang dapat memperkuat mental kebangsaan sebagai negara yang dikenal dengan falsafah "Bineka Tunggal Ika".
"Individu tidak lagi menjadikan perbedaan latar belakang agama sebagai sebuah rahmah yang memperkaya khasanah dalam berbangsa dan bernegara. Terkikisnya nilai nilai toleransi dapat menyebabkan bangsa kita mudah diadu domba dan larut dalam konflik," tutur Sekertaris Daerah Provinsi Gorontalo, Prof. Dr. Ir, Winarni Monoarfa, MS di Rakor Memperingati Hari Hari Besar Keagamaan, Selasa (3/9).
Setiap elemen masyarakat khususnya para pemuka agama diingatkan untuk terus menumbuh kembangkan nilai nilai toleransi dan silaturahim, untuk menjaga kerukunan antar umat beragama. Dan melalui kegiatan ini menjadi wahana silaturahmi dalam mempererat hubungan komunikasi dan toleransi.
Ia juga berharap agar kedepan warga Gorontalo tetap selalu hidup rukun dan berdampingan dalam perbedaan.
"Kegiatan ini penting mengingat permasalahan kerukunan menjadi kepentingan kita bersama. Faktor agama sangatlah rentan untuk diperalat dalam memicu terjadinya konflik. Dan senantiasa membangun sinergi dan komunikasi dengan pemerintah dalam pelaksanaan kegiatan sehari hari, serta pemuka agama aktif dalam mendukung dan memberi masukan konstruktif terhadap pelaksanaan 4 program prioritas pemerintah Provinsi Gorontalo," jelas Winarni, salah satu tokoh wanita Gorontalo kelahiran tahun 1962.(bhc/shs)
|