JAKARTA, Berita HUKUM - Kasus perbudakan buruh pabrik wajan di Tangerang semakin memanas. Pasalnya, berdasarkan pengakuan warga, ada dugaan campur tangan oknum aparat dalam melindungi pemilik pabrik yang terletak di Kampung Bayur Opak, RT 03 Rw 06, Desa Lebak Wangi, Kecamatan Sepatan, Tangerang, Banten.
Sebab, berdasarkan pengakuan salah seorang warga, Hanaya pabrik yang dimiliki YI (41 tahun) biasa dijaga oleh oknum polisi pada malam hari. "Jadi kalo malam hari, ada dua polisi yang jaga pabrik," ujarnya saat diwawancara perwarta TV One, Senin (6/5).
Hanaya juga menambahkan, selama ini sang pemilik pabrik memiliki hubungan yang sangat dekat dengan aparat baik polisi maupun pemerintah.
Sementara itu, Kadiv Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto menyatakan, dari pengakuan YI memang ada dua oknum aparat yang biasa datang ke pabriknya.
Namun, meski sering dikasih uang bensin. Rikwanto menegaskan, tujuan kedua oknum itu datang ke tempat tersangka lantaran keduanya memiliki hubungan pertemanan.
"Jadi menurut pengakuan YI kedua anggota tersebut, adalah teman lama. Bahkan pertemanan mereka sebelum kedua oknum tersebut menjadi anggota," jelasnya.
Kedua oknum tersebut, terdiri dari anggota Polisi berinisial HS dan TNI berinisial S.
Mengenai adanya buruh yang menyebut kedua oknum tersebut sebagai beking, Rikwanto mengatakan bahwa pihaknya berencana memanggil kedua oknum itu untuk menjalani pemeriksaan sebagai saksi.
"Kalau persepsi buruh itu adalah beking, boleh-boleh saja. Tetap kita akan panggil yang bersangkutan, mudah-mudahan minggu depan, kita akan lakukan pemeriksaan," ujar Rikwanto.
Sebelumnya, Kepolisian bersama Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) membebaskan penyekapan sekitar 30 buruh pabrik tersebut pada Jumat (3/5) sore.
Kasus perbudakan itu sendiri tercium setelah dua buruh, yakni Andi (19) dan Junaedi (20), berhasil kabur. Keduanya mengaku diperlakukan tak manusiawi oleh pemilik pabrik.
Mereka harus bekerja dari pukul 06.00 WIB sampai tengah malam dengan hanya diberi dua kali makan. Bahkan, mereka tak diberi gaji. Selain itu, mereka harus tinggal dalam kondisi ruangan yang gelap, pengap, dan kotor. Mereka juga mengalami sejumlah penganiayaan dan ancaman dari para mandor tersangka YI.(bhc/riz) |