Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Pemilu    
Radikalisme
Waspadai Paham Radikalisme dan Intoleransi, Faizal Assegaff: Pemilu 2019 Harus Super Damai
2019-02-16 19:51:33
 

Tampak Direktur Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo (kemeja biru langit) diapit 2 narasumber, Ketua Progres 98, Faizal Assegaff dan Pengamat Intelejen, Stanislaus Riyanta dalam diskusi publik di Jakarta.(Foto: BH /amp)
 
JAKARTA, Berita HUKUM - Ketua Progres 98 Faizal Assegaf mengutarakan, paham radikalisme dan intoleransi masih mendominasi proses Pemilu 2019 di Indonesia. Paham atau ideologi itu sengaja dihembuskan dan dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan untuk mengganggu demokrasi Indonesia.

Hal itu diutarakan Faizal dalam diskusi publik bertajuk "Pemilu Damai Tanpa Radikalisme, Intoleransi, dan Terorisme", di Lentera Cafe, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (16/2).

Menurut Faizal, sejak kelompok radikal Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dibubarkan, HTI diduga semakin lebih aktif menyebarkan ujaran kebencian dan hoax (kabar bohong) di sosial media, dibandingkan turun ke jalan. Bahkan dalam gerakannya kerab menumpang nama pada kelompok yang damai.

"Jelang Pikada DKI, saya sebagai penentu alumni 212 koordinator kajian politiknya, tujuan awal itu gimana hadirkan gerakan oposisi yang damai. Tapi, ada upaya untuk menunggangi yang dilakukan oleh HTI untuk timbulkan perpecahan," ungkap Faizal, yang juga salah satu pendiri Presidium Alumni 212.

"Di medsos sejak HTI bubar, tak ada lagi demo-demo di jalan, mereka buat forum di medsos didanai kekuatan-kekuatan Internasional," tukasnya.

Faizal Assegaf menilai, kelompok radikal sebetulnya tidak mendukung kandidat capres cawapres tertentu, melainkan punya agenda dan tujuan tertentu untuk kepentingannya sendiri.

"Di Twitter sudah ada ancaman integrasi. Mereka tak tanggung-tanggung suarakan keinginan mereka untuk kegagalan demokrasi yang sudah berlangsung, tak peduli Prabowo kalah, Jokowi menang, dan lainnya. Ini ancaman yang serius, tak bisa demokrasi dengan biaya mahal malah jadi pintu masuk disintegrasi Indonesia," lugasnya.

Karena itu, tambah Faizal, pemerintah, KPU, dan TNI-Polri perlu ambil sikap tegas untuk memberantas kelompok radikal tersebut.

"Jangan sampai elemen yang tidak percaya hasil pemerintahan demokrasi ikut terlibat dan ciptakan konflik," papar Faizal.

"Musuh kita bukan Prabowo, bukan oposisi, tapi intolerasi, radikalisme, pelaku utamanya HTI yang terlibat dalam skenario-skenario kebohongan," sambungnya.

Dalam kesempatan sama, Faizal menegaskan, pelaksanaan pemilu 2019 harus berjalan super damai.

"Pemilu 2019 bukan hanya sekedar pemilu damai tapi pemilu super damai," tandasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai, radikalisme, intoleransi, dan terorisme masih menjadi ancaman jelang Pemilu 2019. Maka itu, ia meminta masyarakat Indonesia mampu mendeteksi ancaman tersebut.

"Harapan kami pemilu (2019) ini damai, aman, penuh kegembiraan tanpa ada gerakan yang bisa mengganggu proses pemilu dan keretakan sosial," harapnya.

Karyono mengatakan, salah satu bentuk ancaman pada pemilu saat ini adalah politik identitas yang mengedepankan suku, agama, ras, dan antar-golongan. Bahkan, menjelang masa kampanye, terang Karyono, ruang publik telah diisi ujaran kebencian dan hoax.

"Gerakan-gerakan intoleran, gerakan radikalisme, paham khilafah islamiah juga ikut menumpang dalam proses pemilu. Kemudian, kita sering kali melihat masih ada bendera HTI berkibar di dalam proses pemilu 2019 ini. Itu mengkhawatirkan, jangan sampai hal itu mengganggu proses pemilu," cetusnya.(bh/amp)



 
   Berita Terkait > Radikalisme
 
  HNW Tolak Pengkaitan Radikalisme Dengan Masjid Dan Pesantren
  Kapolri Listyo Sigit Ajak Pemuda Masjid Lawan Radikalisme dan Intoleransi
  MARAS Kecam Keras Terkait Tuduhan Prof Din Syamsuddin Radikal
  Din Syamsuddin Dilaporkan ke KASN, Ketua Fraksi PKS: Api Permusuhan Dibiarkan Menyala
  Tuduhan Radikal untuk Din Syamsuddin itu Absurd dan Memicu Kemarahan Warga
 
ads1

  Berita Utama
Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

Istana Dukung Kejagung Bersih-bersih di Pertamina: Akan Ada Kekagetan

Megawati Soekarnoputri: Kepala Daerah dari PDI Perjuangan Tunda Dulu Retreat di Magelang

Usai Resmi Ditahan, Hasto Minta KPK Periksa Keluarga Jokowi

 

ads2

  Berita Terkini
 
BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

10 Ribu Buruh Sritex Kena PHK, Mintarsih Ungkap Mental Masyarakat Terguncang

Anak 'Crazy Rich' Alam Sutera Pelaku Penganiayaan, Sudah Tersangka Tapi Belum Ditahan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2