JAKARTA, Berita HUKUM - Dengan majunya dua pasangan Capres Prabowo dan Capres Joko Widodo, Indonesia kini punya dua pasang kandidat pemimpin. Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan ancaman keamanan makin semakin tinggi, karena sudah muncul fanatis dan loyalis.
"Karena sudah muncul dua kekuatan, sudah muncul fanatisme, loyalis-loyalis juga mulai muncul, dan masing-masing punya kepentingan untuk menang," ujar Moeldoko di Balai Sidang UI, Depok, Jawa Barat, Selasa (20/5).
Menurut Moeldoko, dengan adanya faktor-faktor tersebut maka bisa potensi gesekan kian kuat. Namun dia pun berjanji akan menjaga kestabilan keamanan selama proses pilpres.
"Saya selaku panglima TNI akan menjaga dengan sekuat tenaga untuk memelihara agar situasi itu tidak tercederai oleh kepentingan-kepentingan sesaat yang mengakibatkan kondisi menjadi tidak stabil," janji Moeldoko kepada masyarakat.
Jenderal yang selalu berbicara tegas ini pun berharap siapapun yang nantinya akan terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden akan diterima oleh semua pihak.
"Saya berharap karena capres dan cawapres adalah pilihan hati nurani yg pada akhirnya ujungnya adalah menjadikan Indonesia Negara yang kuat, berdaulat, dan sejahtera," tambah Moeldoko yang yakin masyarakat tidak ingin mengulangi peristiwa masa lalu yang memilukan.
"Semuanya sudah ada antisipasi," kata Moeldoko tegas.
Terkait pengamanan para Capres dan Cawapres, Moeldoko mengatakan itu bukan tanggung jawab TNI. Menurutnya TNI hanya bertanggung jawab pada pengamanan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarga.
"Secara Undang-undang tidak. Kalau untuk calon presiden dan wakil presiden itu masih pengamananya kepolisian. Kita hanya menjaga untuk memelihara dan membuat kondisi stabil," pungkasnya.(bhc/detik./dar) |