CIREBON, Berita HUKUM - Calon Gubernur Jawa Barat Rieke Diah Pitaloka pekan lalu Menghadiri acara Deklarasi Laskar Petani Paten di desa JagaPura lor Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon. Penuh antusias sekitar 1500 Petani Berkumpul dalam acara Deklarasi tersebut, Kedatangan Rieke Diah Pitaloka yang siap memimpin Jawa Barat 2013 - 2018 itu membuat keramaian warga yang mayoritas para petani tersebut mengelu-elukan Rieke yang merupakan Srikandi kelahiran Garut.
Dalam kesempatan itu Rieke menyampaikan pidato politiknya. Diungkapkannya Visi dan Misi jika Ia terpilih nanti, akan memperjuangkan kehidupan yang lebih baik bagi para petani, "Bukan petani namanya jika tidak memiliki sawah, petani mutlak memiliki sawah untuk digarap!" Seru Rieke yang disambut tepuk tangan riuh gegap gempita para petani.
Rieke Diah Pitaloka selain dikenal luas masyarakat terutama di Jawa Barat, sebagai artis, selebritis dan Anggota DPR RI dari PDIP partai wong cilik, Ia pun sangat dikenal dekat dengan para buruh dan pedagang pasar.
Tak lupa Rieke mengucapkan terima kasih kepada para petani yang dengan sukarela menjadi relawan, sambil ikut membagikan Kartu Jabar Bangkit (Kartu Binangkit), ambil uangnya jangan pilih orangnya, jangan mau menjadi masyarakat pencetak koruptor.
Sorak sorai hiduup Pateeen! Bergaung di balai Desa tempat berlangsungnya acara. Ditegaskan Rieke bahwa peningkataan dana dari APBD untuk para petani dan alih fungsi lahan yang sesuai dengan karakteristik daerah pun harus dikedepankan. Hal ini termasuk menjadi target Paten saat terpilih nanti.
Rieke Diah Pitaloka, kemarin mengunjungi pesantren Kebon Jambu, Al-Islami. Pesantren yang berada di kawasan Babagan, Ciwaringin, Cirebon. Pesantren yang didirikan oleh KH. Muhammad pada tahun 1993 dan saat ini di pimpin oleh Nyai Hj. Masriyah Amva.
Lebih dari 1000 Santri terlihat bersemangat menyambut Srikandi Jawa Barat itu. Mereka merasa begitu tersanjung dapat bertemu langsung dengan calon Gubernur. Pilihan Rieke untuk bertemu dengan keluarga besar pesantren Kebun Jambu, memiliki alasan kuat. Dimana pesantren itu saat ini memiliki ciri khas tentang kajian kitab kuning dan telah meluluskan ribuan santri yang berkualitas.
Pesantren ini dipimpin langsung oleh seorang perempuan. Dimana dalam hal ini menunjukkan bahwa pesantren Kebun Jambu menerima kepemimpinan seorang perempuan. Bagi Rieke hal ini sejalan dengan perjuangannya saat ini.
Kekaguman Rieke bertambah pada pesantren tersebut, Santri Kebun Jambu berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, seperti Nusa Tenggara Barat, Jakarta, Sumatera, dan sekitar Jawa Barat. Nyai Masriyah juga mengajarkan bagaimana pendidikan di pesantren itu memiliki pemahaman tentang hak-hak perempuan, pendidikan tentang keberagaman serta seni. Dalam bidang seni Masriyah telah menulis buku puisi Ketika Aku Gila Cinta (2007), Setumpuk Surat Cinta (2008) dan Ingin Di Mabuk Asmara (2009).
Masryiah, Perempuan berbadan kurus dan mengenakan kerudung itu tersenyum ramah menerima kedatangan Rieke. Ia bertutur tentang perjuangan panjangnya sebagai perempuan di lingkungan pesantren. Bagaimana masa-masa sulit memimpin pesantren. Masryiah juga menyampaikan pergulatan memimpin pesantren di tengah-tengah masyarakat Cirebon. Baginya perjuangan perempuan untuk menjadi pemimpin itu perlu kerja keras, pengalamannya selama ini telah mengajarkan demikian. Termasuk aktivitas Masryiah di lingkungan masyarakat dalam bidang pemberdayaan ekonomi.
Dalam kunjungan kali ini Rieke juga melakukan sharing pengalaman dengan para santri. Menurutnya pengalaman hidup seseorang akan memperkuat perjalanan hidupnya kelak. Meskpun saat ini orang melihat Rieke sebagai politisi dan dikenal banyak orang, namun mereka belum juga bahwa masa-masa kecil Rieke dilalui dalam situasi yang sulit. Ia menceritakan bahwa dulu pernah menjadi penjual jamu, jualan nasi uduk dan menjaga warung nasi milik orang tuanya.
Masa-masa itu menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Rieke berpesan kepada para santri, meskipun mereka berasal dari keluarga yang kurang beruntung, misalnya yatim piatu, namun semangat untuk meraih cita-cita tidak boleh surut. Perjuangan harus terus dilakukan. Ribuan santri begitu takjub mendengar kisah masa lalu Rieke.
Sebelum mengakhiri kunjungannya, para santri menitipkan doa dan harapan, agar kelak Rieke menjadi pemimpin yang amanah dan berhasil mewujudkan Jawa Barat yang humanis dan mengayomi rakyat kecil.
Saat cahaya senja makin menyingsing, Rieke pamit bersalaman dengan para santri. Dengan pelukan penuh persahabatan Masryiah mengantarnya kembali ke mobil. Dua perempuan hebat itu telah bertemu untuk saling menguatkan dan membagi energy perjuangan. Lambaian tangan para santri sembari lantunan sholawat yang terus mengiringi langkahnya. Mereka adalah bagian dari doa dan perjuangan seorang Rieke Diah Pitaloka dalam meraih Jabar 1 sebagai bagian dari ikhtiarnya agar rakyat Jawa Barat terlepas dari belenggu korupsi hingga tercapailah kehidupan makmur dan sentosa.(rjs/bhc/mdb) |